Gerakan radikalisme di Jawa, menurut Badan Nasional Penanggulangan Teorisme (BNPT), pelakunya banyak berasal dari daerah sekitar Solo, Yogyakarta, dan Jawa Tengah.
Fakta ini jelas mengundang keingintahuan untuk menelisik situasi yang menjadi penyebabnya. Dan, ketika permasalahan ini ditanyakan kepada Guru Besar Sejarah Islam Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof DR Hermanu Joebagio MPD, ditemukan fakta mengejutkan bahwa aksi perlawanan terhadap kekuasaan adalah hal yang biasa bagi masyarakat tersebut. Bahkan, semangat ini sudah tumbuh hampir 800 tahun lamanya, semenjak era Sunan Gresik.
‘’Dari zaman dahulu kala selalu terjadi di kawasan tersebut. Yang pasti penyebabnya bukan ajaran pada agamanya, namun lebih karena adanya marginalisasi umat Islam yang dipinggirkan oleh sebuah kekuasaan,’’ kata Hermanu.
Wawancara dilakukan di UNS Solo beberapa pekan lalu, tepatnya awal Januari 2016. Ini adalah bagian terakhir (3).