Rabu 10 Feb 2016 13:55 WIB

Menag: Konflik Agama Disebabkan Faktor Nonagama

Rep: C23/ Red: Achmad Syalaby
 Warga beraktivitas di lokasi terbakarnya kios dan mushalla di Tolikara, Papua, Kamis (23/7).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga beraktivitas di lokasi terbakarnya kios dan mushalla di Tolikara, Papua, Kamis (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melalui Puslitbang Kehidupan Keagamaan telah melaksanakan survei nasional kerukunan umat beragama (KUB) pada 2015. Meski hasil survei menunjukkan bahwa kerukunan beragama di Indonesia cukup baik, masih ada beberapa hal yang patut dijadikan catatan.

(Baca: Kerukunan Beragama Dapat Skor 75,36).

Menteri Agama Lukman Hakim Saifudddin mengatakan, secara umum, kondisi KUB di Indonesia terbilang baik. "Meskipun ada kasus kasus-kasus yang kita tidak boleh menutup mata, seperti Tolikara dan Aceh Singkil. Tapi, secara keseluruhan, dengan kemajemukan kita, kerukunan kita cukup baik," tuturnya ketika menghadiri acara peluncuran hasil survei tersebut di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Rabu (10/2).

Menurut dia, banyaknya konflik yang mengatasnamakan agama sebenarnya terjadi karena hal atau faktor nonagama. "Misalnya, karena masalah politik, hukum, atau persaingan ekonomi," ujar Lukman menjelaskan.

Agama, kata dia, kerap dicatut sebagai alat justifikasi untuk memantik terjadinya konflik-konflik sosial tersebut. "Agama sering dijadikan sebagai alas saja atau sebagai justifikasi pembenar untuk terbangunnya konflik," tutur Lukman.

Menurutnya, hal-hal tersebut juga patut diketahui oleh masyarakat. Tujuannya, kata Lukman, agar mereka tahu bahwa KUB di Indonesia sebenarnya tidak memiliki masalah atau kendala yang besar. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement