REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peminat program studi (prodi) keagamaan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) jauh lebih rendah dibandingkan dengan prodi-prodi umum. Kendati demikian, pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan akan tetap mempertahankan prodi keagamaan meski sepi peminat.
"Meskipun peminatnya cuma satu orang jurusan seperti ushuluddin, filsafat, tafsir hadis, harus tetap dibuka," ujar Dirjen Pendidikan Agama Islam Kamaruddin Amin, di Gedung Kemenag, Jakarta, Rabu (10/2).
Alasannya, menurut Kamaruddin, jurusan-jurusan tersebut merupakan salah satu alat bagi Kemenag khususnya Direktorat Pendidikan Islam untuk menelurkan para ahli agama maupun ulama. Dengan demikian, mereka dapat menjadi koridor masyarakat dalam kehidupan beragama.
"Ini kebutuhan masyarakat, kalau ulama habis negara mau dibawa kemana," kata Kamaruddin menegaskan.
Untuk itu, Kamaruddin menambahkan perlu dilakukan upaya-upaya agar jurusan-jurusan keagamaan di PTKIN menjadi diminati. Salah satu caranya yaitu perguruan tinggi harus bisa lebih kreatif dan inovatif.
Program Studi harus dikemas sedemikian rupa agar mahasiswa selain mendapatkan ilmunya juga mendapatkan keterampilan lain yang menunjang saat masuk ke dunia kerja. Kamaruddin menilai, sedikitnya peminat prodi keagamaan di PTKIN karena mahasiswa masih memiliki pola pikir yang cenderung pragmatis. Prodi keagamaan dianggap tidak relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini.