REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik internal di Partai Golkar menyisakan banyak masalah. Karenanya, Golkar disarankan harus memilih ketua umum yang tanpa cela, seperti yang diamanatkan dalam AD/ART partai.
Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya menuturkan, Golkar memerlukan ketua umum yang tidak hanya menjadi simbol pemersatu. "Alangkah baiknya dapat mengangkat pemimpin yang bisa mengangkat nama Golkar lagi,” ujar Yunarto saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (11/2).
Pada Ahad (7/2) kemarin, Ketua Umum Musyawarah kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Roem Kono mengatakan ada empat bakal calon ketua umum. Mereka adalah Setya Novanto, Priyo Budi Santoso, Agus Gumiwang dan Roem Kono.
Yunarto berpendapat, sulit rasanya orang yang berpotensi bermasalah secara hukum, bisa menjadi simbol pemersatu. Apalagi mengangkat nama Golkar.
"Jadi sulit untuk SN dari segi etika dan politik untuk dapat membesarkan Golkar,” kata dia.
Tetapi, menurut dia, sah-sah saja jika SN mendapat dukungan di internal Golkar. Yunarto berkata, jenis dukungan bisa berupa banyak faktor, seperti kedekatan, afiliasi politik, atau pragmatisme.
Namun dia berharap agar kader-kader Golkar lebih mempertimbangkan peluang maju menjadi caketum daripada sekedar faktor-faktor tersebut. "Faktor dalam hal universal, dalam konteks ketua umum seharusnya seorang teladan, bukan seorang yang masih memiliki potensi masalah," ucap dia. Apalagi hingga kini Kejaksaan Agung masih memeriksa SN terkait dugaan melakuan mufakat jahat, seputar permintaan saham PT Freeport Indonesia.