REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Struktur tanah di Kabupaten Garut sekitar 75 persennya labil sehingga rawan pergerakan tanah dan longsor. Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, bencana longsor paling sering terjadi saat musim punghujan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Dadi Djakaria mengatakan bencana longsor merupakan bencana alam yang paling sering terjadi dibanding bencana lainnya. Hal ini menunjukan Kabupaten Garut termasuk kebupaten yang rawan longsor.
"Karakter tanahnya pun gembur maka saat diguyur hujan akan mengakibatkan pergerakan tanah dan longsor," kata Dadi kepada Republika.co.id, Kamis (11/2).
Dadi menjelaskan tanah di Kabupaten Garut memang subur karena karakternya gembur. Tapi dibalik kesuburannya menyimpan potensi bencana seperti pergerakan tanah dan longsor. BPBD mencatat, setidaknya ada 16 kecamatan dari 42 kecamatan di Garut rawan longsor. Paling rawan longsor terutama di Garut selatan.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Garut, Uu Saepudin menerangkan Kabupaten Garut menjadi salah satu kabupaten rawan bencana di Jawa Barat. Jenis bencana pergerakan tanah dan longsor paling mendominasi di Kabupaten Garut.
"Kondisi alam di Garut tak jauh beda dengan Sukabumi, tapi lebih rawan," kata Uu.
Uu mengatakan terdapat perbedaan antara longsor dan pergerakan tanah. Bencana longsor umumnya terjadi saat musim hujan, terlebih pada tanah yang gembur. Sementara, pergerakan tanah bisa terjadi kapan saja. Di musim hujan mau pun kemarau dapat terjadi pergerakan tanah.