REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso mengatakan perusahaan industri pesawat terbang tersebut harus masuk ke industri pesawat komersial agar tetap eksis.
"Kami harus masuk ke pesawat komersial karena pasarnya lebih besar dibanding pesawat militer," kata Budi di kantor PT DI, Bandung, Kamis (11/2).
Budi tidak menampik bahwa PT DI saat ini bisa tetap "hidup" karena adanya pesanan pesawat militer dari pemerintah Indonesia maupun pemerintah negara lain untuk keperluan pertahanan.
Namun ia menjelaskan bahwa permintaan untuk pesawat alat utama sistem persenjataan (alutsista) tidak selamanya ada. "Alutsista itu kalau pas banyak, banyak (pesanan). Tapi kalau lagi turun, turun (pesanannya). Jadi tidak konstan," kata Budi.
Pemerintah Indonesia juga meminta agar PT DI mulai memproduksi pesawat-pesawat komersial agar tetap bisa eksis tanpa bergantung pada pesanan pesawat alutsista.
Namun demikian, kata Budi, bukan berarti PT DI mengurangi produk alutsistanya. "Tapi dengan hidup di pesawat komersial ini kami juga masih punya kemampuan membuat alutsista. Biasanya semua perusahaan yang membuat alutsista juga membuat pesawat komersial," kata Budi.
Budi yang juga pernah memimpin PT Pindad mencontohkan perusahaan Boeing yang terkenal dengan produk pesawat komersialnya juga banyak memproduksi alutsista.
"Boeing kan terkenalnya pesawat komersial, tapi lebih dari 50 persen penjualannya itu alutsista," ujar Budi.
Saat ini PT DI sudah mengeluarkan produk pesawat komersial N219 dan sedang mengembangkan pesawat komersial terbarunya yakni N245.
"Jadi kita mulai dengan N219 dan mudah-mudahan kalau desainnya benar kita bisa 'launching' N245," ujar dia.