REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid meminta Presiden Joko Widodo dapat memperjelas definisi terorisme saat menjadi pembicara mengenai isu terorisme dalam US-ASEAN Summit.
"Misalnya definisi terorisme bagi AS dan ASEAN berbeda. Ini harus diperjelas karena di Indonesia adalah mayoritas beragama Islam," katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (12/2).
Dia mengatakan, Presiden harus menjelaskan bahwa pemahaman Indonesia terhadap terorisme berbeda dengan perspektif negara-negara Barat yang mengaitkannya dengan agama tertentu. Presiden Jokowi menurut dia, harus menjelaskan bahwa terorisme adalah sebuah tindakan teror dan tidak terkait dengan salah satu agama.
"Definisi terorisme adalah kegiatan teror bukan seperti yang dianggap negara-negara barat yaitu terkait agama tertentu," ujarnya.
Meutya menilai Presiden Jokowi harus hati-hati jangan sampai forum tersebut menggiring opini bahwa Islam terkait dengan kegiatan terorisme. Dia menjelaskan, Presiden harus membawa perspektif sendiri dalam mendefinisikan terorisme.
"Definisi terorisme sangat luas dan jangan digiring oleh pemahaman terorisme ala Barat," katanya. Selain itu, dia menilai didaulatnya Presiden Jokowi sebagai pembicara utama dalam pertemuan itu karena Indonesia dinilai berhasil menangani aksi terorisme.
"Saya apresiasi (Presiden Jokowi menjadi 'leader speaker') karena Indonesia memiliki pengalaman mengatasi terorisme namun harus hati-hati menyampaikan definisi terorisme," katanya.
Kementerian Luar Negeri RI mengatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, menunjuk Presiden Joko Widodo untuk menjadi Leader Speaker dalam salah satu sesi yang ada dalam KTT US-ASEAN Summit di Sunny Land, California, AS.
Obama meminta Presiden Jokowi menjadi pembicara utama soal terorisme di KTT US-ASEAN Summit karena kesuksesan Indonesia mengatasi teror bom yang terjadi pada 14 Januari 2016 di Jakarta.