REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengatakan, kebakaran pasar-pasar tradisional yang terjadi belakangan ini mengkhawatirkan dan harus diwaspadai, terutama para pedagang di pasar tradisonal. IKAPPI mendata, sebanyak lima pasar tradisional yang terbakar sepanjang Februari 2016 hingga hari ini. Belum lagi kebakaran kecil di beberapa pasar lain.
"Ini adalah angka yang menggambarkan minimnya pengawasan dan lemahnya perlindungan terhadap kondisi pasar tradisional. Karena itulah IKAPPI memandang kasus kebakaran pasar ini sebagai permasalahan serius yang tidak boleh kita abaikan begitu saja di tahun 2016," ujar Ketua IKAPPI, Abdullah Mansuri, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Jumat (12/2).
Terkait hal itu, IKAPPI mendorong Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) serius menyelidiki kasus kebakaran pasar dan menyambaikan hasilnya pada publik. Hal itu penting untuk menghilangkan asumsi negatif di tengah masyarakat.
IKAPPI menilai pemerintah daerah abai melindingi pasar tradisional. Padahal, pedagang pasar selama ini telah membayarkan retribusi yang seharusnya kembali dalam bentuk pemeliharaan pasar, termasuk bangunan dan instalasi listrik yang kerap disebut menjadi pemicu kebakaran pasar.
IKAPPI meminta pemerintah daerah segera meningkatkan proteksi terhadap pasar tradisional. Termasuk, di dalamnya, memfasilitasi pedagang dan masyarakat untuk berperan aktif dalam mengantisipasi kebakaran.
Hingga pertengahan Februari, lima pasar tradisional yang terbakar adalah Pasar Basanohi Sanana di Maluku Utara, Pasar Cimindi Jawa Barat, Pasar Sentral Wangi Selatan di Wakatobi, Pasar Pekan Tebih di Riau, dan Pasar Sekumpul di Kalimantan Selatan. (Baca: Pasar Tradisional Masih Rawan Kebakaran)