Senin 15 Feb 2016 06:40 WIB

‎Kemenag Diminta Tindak Tegas Travel Pelaku Penipuan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Seorang Panitia Pelaksana Ibadah Haji ONH plus tengah merapihkan kain ihram di salah satu travel perjalanan haji dan umrah.
Foto: Republika/Agung Supri
Seorang Panitia Pelaksana Ibadah Haji ONH plus tengah merapihkan kain ihram di salah satu travel perjalanan haji dan umrah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak faktor yang menyebabkan masih saja ada jamaah umrah yang ditelantarkan. Kementerian Agama sebagai pihak regulator dinilai kurang aktif di dalam melakukan pembinaan dan pengawasan pada biro-biro perjalanan haji dan umrah. 

"Tidak heran jika banyak di antara biro perjalanan itu yang berlomba-lomba mencari calon jamaah dengan mempromosikan harga murah. Bahkan tidak jarang ada harga yang dinilai tidak masuk akal," ujar Ketua Komisi VIII Saleh Partaonan Daulay dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (15/2). 

Selain itu, pihak Kemenag juga dinilai tidak bersikap tegas dalam menindak travel pelaku penipuan. Tidak heran jika penipuan serupa berulang. Mestinya, kata Saleh, Kemenag bisa mencabut izin sekaligus melaporkan ke pihak berwajib. Dengan begitu ada efek jera bagi travel yang melakukan penipuan.

Dalam beberapa kali rapat dengan Kemenag, Komisi VIII sering menanyakan masalah ini. Kemenag menjawab bahwa mereka sedang berusaha membenahi keberadaan travel-travel haji dan umrah. Salah satu diantaranya adalah dengan mengadakan kebijakan moratorium pemberian izin. Ada banyak travel haji dan umrah di Indonesia. "Sebagian di antaranya tidak memiliki izin. Ada juga yang memakai izin travel yang ada. Itu sulit dideteksi," ujar politikus dari Partai Amanat Nasional (PAN). 

Saleh mengimbau jamaah haji dan umrah lebih kritis dalam memilih travel. Jika menemukan sesuatu yang aneh, semestinya mereka bisa menanyakan langsung pada Kemenag. Atau jika terbukti mengalami penipuan, bisa saja langsung melaporkannya pada pihak berwajib.

Saleh menyebut perlu kerjasama semua pihak dalam membenahi travel haji dan umrah. "Pemerintah sendirian tentu tidak bisa. Mesti melibatkan masyarakat luas, terutama para konsumennya," kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement