REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komite III DPD, Fahira Idris mengatakan, di Indonesia lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) bukan lagi sebatas perilaku individu. Namun, sudah menjelma menjadi sebuah gerakan masif yang terorganisir.
"Secara pribadi, saya tidak mempersoalkan keberadaan LGBT dan menolak segala macam kekerasan kepada mereka. Namun, yang saya tidak terima adalah aksi propaganda mempromosikan LGBT dengan pesan utama 'mencintai sesama jenis' dan 'perilaku seks menyimpang adalah hal yang wajar'," katanya, Senin, (15/2).
Fahira pun menjelaskan skenario gerakan LGBT yang sudah masif di Indonesia. Termasuk ingin menjadikan Indonesia seperti Amerika yang melegalkan LGBT.
Fahira mengatakan, propaganda LGBT sangat gencar menyasar kalangan anak dan remaja. Ada indikasi kuat secara bertahap gerakan LGBT ingin mengubah tatanan sosial di Indonesia.
Targetnya, terang Fahira, Indonesia saat ini kondisinya dibuat agar bisa seperti Filipina, dimana LGBT bebas berpropaganda. Mereka mendapat dukungan luas dari berbagai elemen mulai dari civil society, intelektual, law maker, aktivis, ormas, kampus, hingga tokoh, dan lembaga keagamaan.
Selanjutnya, ujar dia, Indonesia dibuat seperti Vietnam di mana pernikahan sesama jenis dibolehkan walau tidak tercatat dalam catatan sipil. Endingnya adalah Indonesia dibuat seperti di Amerika dan 20-an negara lainnya yang melegalkan pernikahan sesama jenis dan secara hukum, sosial, budaya, agama, LGBT tidak lagi dipersoalkan.
Dalam sistem demokrasi yang dianut Indonesia, jumlah menjadi hal yang penting. Sehingga, propaganda yang dilakukan secara massif dan sistematis agar jumlah komunitas LGBT dan para penyokong secara statistik semakin besar sehingga diperhitungkan dari segi populasi.
"Propaganda secara masif dilakukan lewat berbagai media, baik yang konvensional maupun non kovensional. Mulai dari buku, musik, film, tayangan TV, internet, media sosial, aplikasi chatting atau percakapan dan lainnya," kata Fahira.
Dengan sokongan dana besar bukan hal yang mustahil LGBT bisa merubah tatanan sosial. Karena itu, ia meminta agar upaya seperti itu segera dihentikan. "Sudah banyak aspirasi dari masyarakat agar Indonesia punya aturan terkait LGBT seperti Rusia dan Singapura," katanya.