REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asisten Deputi Kelembagaan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Haliq Siddiq, mengungkapkan, perilaku seks wajar dan menyimpang bukanlah determinasi mutlak untuk menentukan faktor risiko HIV/AIDS.
Dia mencontohkan, di Amerika Serikat (AS) pengidap HIV/AIDS kebanyakan berperilaku seks menyimpang, yakni LSL. Namun, hal demikian tak dijumpai pada kasus Indonesia.
"Kalau di Amerika memang kasus HIV/AIDS banyak di homoseksual, bukan di lesbian ya. Tapi kalau di Indonesia, paling banyak di heteroseksual," ujar Haliq Siddiq saat dihubungi, Senin (15/2).
Berdasarkan data KP AIDS Nasional, jumlah infeksi HIV yang dilaporkan dalam rentang 2014-2015 tercatat dinamis. Pada 2014 dan 2015, masing-masing ada 12.511 kasus dan 7.995 kasus infeksi HIV pada heteroseksual. Kemudian, pada dua tahun yang sama, ada 3.858 kasus dan 3.366 kasus infeksi HIV pada pelaku LSL.
"Sebanyak 46 persen dari heteroseksual, 24 persen dari LSL. Itu tak semua homoseks ya. Karena ada misalnya dia di penjara, jadi bukan orientasinya dia homo tapi karena yang ada (di lingkungan penjara) memang itu (laki-laki semua)."