REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki pada Senin (15/2) menuduh Rusia melakukan kejahatan perang terang-terangan, setelah serangan rudal yang diduga mereka lakukan menyerang utara Suriah. Turki juga memperingatkan kelompok milisi Kurdi yang didukung Iran, akan menghadapi reaksi paling keras jika mereka mencoba merebut kota dekat perbatasan Turki.
Serangan yang didukung Rusia dan milisi Kurdi YPG telah membawa tentara pemerintah Suriah ke dalam 25 kilometer dari perbatasan Turki. Mereka berupaya memperluas kehadiran di sepanjang perbatasan tersebut.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan rudal Rusia telah menyerang bangunan dan menyebabkan banyak warga sipil termasuk anak-anak tewas. Kementerian Luar Negeri Turki menuduh Rusia melakukan kejahatan perang dengan jelas.
Namun hal itu dibantah. Menteri Kesehatan Rusia Veronika Skvortsova mengatakan serangan udara Rusia menargetkan infrastruktur Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurutnya, tak ada alasan percaya pesawat Rusia mengebom fasilitas sipil di Idlib.
"Kami yakin tak ada yang dilakukan pasukan pertahanan kami bertentangan dengan ideologi kami," ujar Skvortsova di Jenewa.
Duta Besar Suriah untuk Rusia juga mengatakan, pesawat perang Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Penasehat Keamanan Nasional Gedung Putih Susan Rice, pada Senin, juga mengutuk serangan intensif di utara Suriah tersebut. Ia mengatakan hal itu berlawanan dengan komitmen untuk mengurangi permusuhan yang dibuat oleh negara-negara besar pekan lalu di Munich.