REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Piala Jenderal Sudirman berakhir beberapa waktu lalu, kini masyarakat Indonesia kembali dimanjakan turnamen bergengsi di tengah kevakuman sepak bola Indonesia. Adalah Piala Bhayangkara, salah satu turnamen yang digelar oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Turnamen ini, dioperatori oleh PT Gelora Trisula Semesta (GTS) yang personelnya diisi oleh orang-orang yang menjalankan PT Liga Indonesia.
Petinggi PT GTS, Djoko Driyono menceritakan awal pembentukan perusahan baru milik PT Liga Indonesia. Menurutnya, pembentukan PT GTS berawal dari beberapa penolakan pihak Badan Olahraga Profesional Indonesisa (BOPI) terhadap rencana PT Liga Indonesia untuk menggelar kompetisi.
(Baca juga: Piala Bhayangkara Maksimalkan Pemain U-21)
Sebenarnya, ada satu opsi lain, selain membentuk perusahan baru, yaitu mengganti nama kompetisi. "PT GTS ini temporer sifatnya, jika sepak bola Indonesia kembali normal, maka PT GTS akan diakuisisi seluruhnya oleh PT Liga Indonesia," ungkap Joko Driyono yang merupakan CEO PT Liga Indonesia, Senin (15/2).
Maka dengan demikian, meski PT GTS merupakan operator baru, tapi buka pemain baru di dunia sepak bola Indonesia. Karena sudah dipastikan SDM yang dimiliki oleh PT GTS sudah sarat pengalaman.
Terkait penunjukan Polri kepada PT GTS untuk memutar Piala Bhayangjara, Joko Driyono mengaku senang dan ingin membayar kepercayaan Polri dengan maksimal.
"Ini turnamen kelas premium jika dilihat dari pesertanya, para jawara siap tanding di Piala Bhayangkara," tambah pria yang akrab disapa Jokdir.
Turnamen Piala Bhayangkara diikuti oleh 10 tim, tujuh di antaranya meruapakan peserta Liga Super Indonesia (ISL). Ke-10 klub tersebut Sriwijaya FC, Arema Cronus, Persipura Jayapura, Persib Bandung, Mitra Kukar, Bali United, Persija Jakarta, dan dua klub amatir PS TNI, dan PS Polri. Sementara satu peserta akan diambil dari jawara Piala Gubernur Kalimantan Timur.