REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Boutros Boutros-Ghali meninggal pada Selasa (16/2) di usianya yang ke-93 tahun. Ia adalah pemimpin PBB saat kondisi dunia kacau. Saat itu perang Yugoslavia, perang sipil Angola, kelaparan dan genosida di Afrika sedang berkecamuk.
Boutros-Ghali lahir pada 14 November 1922 di Kairo. Ia sekolah di ibu kota Mesir dan Paris hingga jadi akademisi yang ahli dalam hukum internasional. Ia adalah politisi Mesir sebelum jadi Sekjen PBB yang menjabat pada Januari 1992 hingga Desember 1996.
Kepemimpinannya di saat-saat sulit telah meningkatkan hubungan buruk antara AS dengan PBB. Ia juga kehilangan posisinya setelah perseteruan di Washington.
Dalam pidato perpisahannya dengan PBB, Boutros-Ghali mengatakan saat-saat ia menjabat adalah saat dimana PBB harus memainkan peran efektif di dunia yang tidak lagi terbagi dalam kubu Perang Dingin. "Tapi di pertengahan setengah dekade ini, kita sangat-sangat bermasalah dan mengecewakan," kata dia.
Ghali datang dari keluarga kaya yang juga terkenal secara politik. Ia menjadi jembatan bagi sejumlah kalangan. Sebagai seorang Mesir, ia bisa mengklaim diri sebagai Arab dan Afrika. Ia adalah seorang Kristiani Koptik dari negara mayoritas Muslim.