REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar pelumas untuk industri pertambangan mengalami penurunan. Penurunan ini, diakui Direktur Pelumas Shell Indonesia Dian Andyasuri sebagai dampak dari lesunya industri pertambangan seiring masih rendahnya harga komoditas mineral dan bahan tambang.
Namun meski dari segi pasar tampak lesu, Dian menegaskan bisnis pelumas masih potensial mengingat pelumas menjadi salah satu solusi bagi perusahaan pertambangan untuk melakukan penghematan.
"Kalau kami melihat memang sedikit melemah pasarnya tapi tidak berarti kita tidak berkomitmen. Karena komoditas itu dinamis ya. Seperti batu bara masih banyak kesempatan di pembangkit. Ini sementara kok dan akan kembali lagi. Through good to bad time," kata Dian saat ditemui di sela Shell Technology Conference, Rabu (17/2).
Dian menyebutkan, harga komoditas pertambangan memang naik turun. Namun, pihaknya melihat di saat satu sektor melambat pertumbuhannya, maka sektor lain akan melesat cepat.
Ia mengambil contoh saat ini industri konstruksi dan ketenagalistrikan saat ini lebih potensial dibanding industri lainnya. "Artinya kalau dilihat ada naik turun. Ada satu sisi pertambangan dominan ada power dominan. Tapi bukan hanya mana yang berkembang, kalau layak pertambangan lagi turun. Kita tetap jualan karena kami tetap partner. Intinya gimana kita tetap bangun tetap hasilkan profit," kata dia.