REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin meminta umat beragama meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman invasi spiritual dan intelektual yang saat ini sedang gencar. Invasi ini dilakukan dengan cara mempengaruhi bahkan menguasai pihak lain agar mengikuti dan melakukan kehendak pihak invader dan agresor.
Pendekatan yang ditempuh biasanya dalam bentuk kekerasan dan kekejaman. "Untuk itu perlu kepercayaan diri dari kelompok mayoritas diam untuk bangkit menampilkan counter narrative sambil terus melakukan upaya peng-arusutamaan keberagamaan moderat dan toleran wasathiyah," kata Din dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (17/2).
Selain itu, negara harus melakukan tanggungjawabnya, terutama terus berperan menciptakan keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah juga perlu menutup setiap celah yang dapat dijadikan alasan bagi kelompok radikal untuk menyerang. (Din: Indonesia dalam Ancaman Invasi Spiritual dan Intelektual).
"Saatnya segenap elemen masyarakat untuk bersatu padu menghadapi arus invasi spiritual dan intelektual yang sesungguhnya lebih berbahaya dari pada invasi militer," kata Din. Gerakan bela negara dan agama perlu mengambil bentuk penguatan wawasan keagamaan wasathiyah dan menolak berbagai gelagat invasi.
Dia menyebut, kelompok invader dan agresor biasanya mengaitkan diri dengan agama. Walaupun sesungguhnya mereka hanya membajak atau membegal agama yang membawa nilai-nilai kasih sayang dan perdamaian. Mereka hanya menjadikan agama sebagai alat pembenar terhadap kepentingan dan tujuan politik, seperti pada kasus ISIS.