REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada akan memanfaatkan nyamuk aedes aegypti yang sudah mengandung bakteri wolbachia untuk menangani penyakit demam berdarah dengue.
"Ada dua kabupaten yang sudah memanfaatkan penanganan dengan cara itu yaitu Bantul dan Sleman. Nantinya, Kota Yogyakarta akan mengadopsi sistem penanganan yang dinilai lebih menguntungkan," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Agus Sudrajat di Yogyakarta, Kamis (18/2).
Penanganan demam berdarah dengue di Kabupaten Bantul dilakukan dengan melepas nyamuk aedes aegypti dewasa yang sudah mengandung bakteri wolbachia, sedangkan di Kabupaten Sleman memanfaatkan telur atau larva nyamuk yang mengandung wolbachia.
Kota Yogyakarta, lanjut Agus, akan memilih sistem penanganan dengan memanfaatkan larva nyamuk karena melepas nyamuk yang sudah dewasa ke lingkungan dinilai akan lebih mengganggu.
Di kedua kabupaten tersebut, uji penanganan demam berdarah dengan nyamuk wolbachia baru dilakukan dalam wilayah yang
sempit, sedangkan di Kota Yogyakarta akan dilakukan di wilayah yang lebih luas.
Pemantapan uji penanganan demam berdarah dengue dengan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia akan dilakukan di bagian barat Kota Yogyakarta mulai dari Kecamatan Tegalrejo hingga ke sisi selatan Yogyakarta, dan di bagian tengah kota dilakukan di wilayah-wilayah yang dinilai penting. Penilaian dilakukan dengan melihat jumlah kasus demam berdarah di wilayah.
Sedangkan Yogyakarta bagian timur akan dimanfaatkan sebagai daerah perbandingan. "Proses kerja sama pemantapan penanganan DBD dengan nyamuk yang mengandung wolbachia terus disempurnakan. Harapannya, dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan," katanya.