Sabtu 20 Feb 2016 04:45 WIB

9 Alasan Ini Menjadikan Indonesia Darurat Bahaya LGBT

Rep: Wisnu Aji Prasetiyo/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bandung Raya melakukan aksi unjukrasa tolak LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) di  depan Mal Bandung Indah Plaza, Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/2)
Foto: Antara/Novrian Arbi
Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bandung Raya melakukan aksi unjukrasa tolak LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) di depan Mal Bandung Indah Plaza, Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi I DPR dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mahfudz Sidiq menilai munculnya kasus hukum berkaitan dengan pelaku dan perilaku lesbi, gay, biseksual dan transgender (LGBT) makin menyentakkan kesadaran masyarakat luas akan ancaman dan bahaya LGBT. Misalnya kasus paling aktual artis Saipul Jamil dan presenter Indra Bekti yang diduga melakukan pelecehan seksual sesama jenis.  

Mahfudz mengatakan jika mencermati indikator-indikator yang melingkupi fenomena tersebut, maka saat ini Indonesia mulai memasuki tahap darurat bahaya LGBT. "Indonesia dalam darurat bahaya LGBT" kata Mahfudz saat dihubungi, Sabtu (20/2). Dia menyebutkan sedikitnya ada delapan hal yang bisa menjadi alasan Indonesia dinyatakan darurat bahaya LGBT. 

(Baca Juga: Pemerintah Harus Satu Suara Soal LGBT)

Pertama, Mahfudz menyebut indikator itu yakni LGBT justru menyeruak pelaku, perilaku dan penyebarannya di kalangan figur publik khususnya artis. Tidak dipungkiri, dia mengataan, figur publik seringkali menjadi model peran bagi peniruan perilaku di kalangan penggemarnya. 

Kedua, pelaku dan perilaku LGBT di kalangan figur publik secara langsung atau tidak langsung disebarluaskan secara masif oleh lembaga penyiaran, khususnya televisi. Sebagai bukti, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selama Februari 2016 saja sudah mengeluarkan sekitar enam sanksi teguran terhadap program-program televisi yang memromosikan pelaku dan perilaku LGBT. 

"Bayangkan jika setiap hari ada beberapa televisi menampilkan pelaku dan perilaku LGBT dalam programnya, berapa juta warga masyarakat Indonesia yang terterpa pesan langsung dan tidak langsung tentang LGBT?" ujar Mahfudz.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement