REPUBLIKA.CO.ID, CHARLESTON -- Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, Jumat (Sabtu WIB) menyerukan pemboikotan terhadap Apple.
Pemboikotan dilakukan sampai perusahaan komputer tersebut menyetujui permintaan pemerintah AS untuk membuka perangkat iPhone milik seorang tersangka penyerangan di San Bernardino.
"Apple sepatutnya memberikan sistem pengamanan pada ponsel tersebut, OK?" kata Trump dalam kampanyenya di Pulau Pawleys, South Carolina, Sabtu (20/2).
Trump menilai warga Amerika harus memboikot Apple sampai perusahaan itu memberikan nomor pengaman tersangka. "Saya baru memikirkan ini. Boikot Apple!"
Pada Jumat kemarin, pemerintah mendesak pengadilan memerintahkan Apple membantu membuka kunci pengaman iPhone sebagai bagian dari penyelidikan serangan di San Bernardino tahun lalu. Namun, Apple berjanji akan melawan hakim.
"Awal dari semua, bahwa telepon ini bukan milik preman muda yang membunuh semua orang. Telepon ini dimiliki oleh pemerintah," kata Trump. Trump mengecam Kepala Eksekutif Apple Tim Cook dengan menyatakan apa yang dilakukan Cook untuk menunjukkan betapa liberalnya dia.
Tersangka Syed Farook yang tewas dalam baku tembak dengan aparat setelah penyerangan yang mengakibatkan 14 orang tewas, bekerja di salah satu distrik di California sejak Desember tahun lalu.
Permintaan tersebut disampaikan oleh Departemen Kehakiman untuk membantah klaim Apple bahwa bekerja sama dalam penyelidikan FBI akan merusak semua sistem pengamanan di perangkatnya dan merujuk pada kasus hukum atas bantuan teknis.
Trump menindaklanjuti seruan kampanye pemboikotannya melalui Twitter. Ia mengaku menggunakan ponsel merek Apple dan Samsung. Namun dia mengaku hanya akan menggunakan Samsung sampai Apple memberikan informasi kepada pemerintah. "Besar harapan, yang lain akan mengikutinya," katanya menambahkan.
Dalam kampanye terakhir pada malam itu, dia kembali meminta para pemilih untuk memboikot Apple. "Mereka tidak ingin membuka ponsel tersebut. Yang benar saja," katanya mencemooh.