REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Dr. Taruna Ikrar, M.D. M. Pharm.,PhD selaku Senior Specialist and Neuroscientist, Division Neurobiology dari University of California, Irvine, Amerika Serikat, menjelaskan, ada beberapa penyakit seperti seksual translation yang mangalami kelainan genetik yang disebut kongenital.
Kelainan ini diakibatkan oleh perubahan susunan kromosom, seperti pada kromosom seksnya yang berubah menjadi XXY, atau bahkan XXXY.
Akan tetapi, ilmuwan muda asal Makassar, Indonesia ini menegaskan, kelainan ini berbeda dengan fenomena lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
Dia menjelaskan, kongenital adalah kelainan bawaan genetik. Di sisi lain, para pendukung LGBT secara umum, yang sedang memperjuangkan hak-hak mereka tidak mengalami kelainan kromosom seperti itu. Bisa dikatakan, kata Ikrar, kebanyakan struktur kromosom mereka normal.
“Jika ditanya mengenai hubungannya dengan struktur saraf, atau struktur otak. Saya ingin menjelaskan bahwa dalam ilmu neurosains, diketahui secara makro struktur otak, bahwa tidak ada perbedaan anatomi antara, pria, wanita, ataupun transgender seperti homo ataupun lesbian,” kata dia lewat surat elektronik kepada Republika.co.id.
(Baca: Ahli Saraf RI di Universitas California Bicara Soal Penyebab Homoseks).
Karena itu, Ikrar menegaskan, sampai sekarang, belum ada bukti yang kuat untuk mendukung teori, bahwa orang yang mengalami disorientasi seksual disebabkan oleh faktor perubahan atau mutasi genetis tertentu di kromosom. Sehingga faktor faktor lingkungan, makanan, sosial dan budaya bisa memberikan pengaruh yang dominan sehingga seseorang mengalami disorientasi seksual, seperti homoseksual ataupun lesbian.