REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lahan yang rencananya akan digunakan untuk pembangunan Masjid As-Syuhada di Komplek Aer Ujang, Kelurahan Girian Permai, Kecamatan Girian, Kota Bitung, Sulawesi Utara dikelilingi garis polisi. "Pihak kepolisian alasannya untuk keamanan," kata Ketua Panitia Masjid As-Syuhada, Karmin Mayau saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (21/2).
Mengingat pada peristiwa 10 November lalu, ia menjelaskan, pemerintah menjanjikan pembangunan masjid di lahan itu akan dilakukan pada pertengahan Januari 2016. Sayangnya, ia berujar, hingga 10 Januari 2016, pemerintah terkesan hanya diam saja. Tidak ada niatan apa pun untuk merealisasikan janji tersebut.
Kemudian, ia melanjutkan, pantia menyurati Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) pada 13 Januari 2016. Dalam surat tersebut, ia mengatakan, panitia mengajak Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung, kepolisian/TNI termasuk Kementerian Agama untuk bersama-sama membangun masjid sesuai janji pemerintah.
"Karena kalau semua pihak bangun, kan kebersamaan itu ada. Tapi tanggal 14 dibalas dengan police line. Langsung pasang tak ada konfirmasi ke panitia," tutur Karmin.
Sementara itu, ia berujar, di dalam lahan masjid tersebut sudah berdiri tenda polisi sejak 10 bulan lalu. "Yang kita pertanyakan, sudah ada tenda polisi kok masih ada police line. Di situ kan kita dilarang masuk," lanjutnya.
Karmin mengatakan, adanya garis polisi tersebut yang membuat umat Muslim Kota Bitung kecewa. Selain itu, ia melanjutkan, adanya garis polisi tersebut membuat publik beranggapan tanah tersebut berstatus quo dan lahan sengketa.