REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Para mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berpotensi untuk direkrut oleh kelompok Jamaah Islamiah (JI) bila tidak diberikan bimbingan yang tepat.
"Mereka (JI dan Gafatar) punya beberapa pemahaman yang sama. Kalau penanganannya tidak tepat, bisa saja para anggota eks Gafatar direkrut oleh JI di kemudian hari," kata Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigjen Erwin Triwanto, Senin (22/2).
Ia mengatakan beberapa pemahaman yang sama dalam kedua kelompok itu di antaranya ajaran tentang fai dan thogut sehingga dikhawatirkan muncul ketertarikan para mantan pengikut Gafatar untuk bergabung ke organisasi lain yang memiliki pemahaman serupa.
"Fai, mereka boleh merampok harta orang-orang kafir. Thogut, penyebutan untuk orang-orang di luar kelompok mereka," katanya.
Ia berharap peranan pemda dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar lebih maksimal dalam menangani para mantan jaringan Gafatar.
"Saya harap pemerintah jangan asal tarik (eks Gafatar), menampung dan membina mereka begitu saja. Jangan anggap kecil Gafatar. Harus serius, pemda, MUI, maupun Kejaksaan Agung," katanya.
Menurut Erwin, Gafatar tidak mengenal kata bubar, tapi hanya mengalami masa kemunduran sehingga dikhawatirkan dapat kembali bangkit.
"Sekarang mereka (Gafatar) sedang surut," ujar jenderal bintang satu itu.
Ia pun mendesak para pemangku kepentingan tersebut untuk mengawasi dan membina eks jaringan Gafatar secara intensif untuk mencegah mereka kembali bergerak untuk merekrut anggota-anggota baru.