Selasa 23 Feb 2016 02:11 WIB

Di Malaysia, Orang Tua Dampingi Anaknya Ikuti Kencan Kilat

Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko
Nina (24 tahun) tersenyum saat menghadiri Kencan Kilat Halal di Kuala Lumpur, Malaysia, 3 Oktober 2015.
Foto: EUTERS/Olivia Harris
Nina (24 tahun) tersenyum saat menghadiri Kencan Kilat Halal di Kuala Lumpur, Malaysia, 3 Oktober 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Bayangkan datang pada kencan pertama, menemui seseorang, tetapi di samping Anda ada orangtua yang memberi nasehat. Itulah yang dapat ditemui pada event Kencan Kilat Halal, sebuah layanan kontak jodoh yang mulai dilaksanakan pada tahun 2015 dengan tujuan menyediakan wadah proses pencarian jodoh yang sesuai dengan hukum Islam.

Dalam acara ini, pria dan wanita mendapatkan waktu lima menit untuk berkenalan dengan masing-masing sebelum berpindah pada kandidat berikutnya. Setelah itu, penyelenggara akan memeriksa mana peserta yang cocok satu sama lain. Proses ini di negara barat cukup terkenal dengan sebutan speed dating.

Namun di Kencan Kilat Halal, tiap sesi diawali langsung dengan pembicaraan pernikahan dalam pandangan Islam. Pihak wanita harus didampingi, biasanya oleh orangtua, dan setelah sesi berakhir, pria yang cocok dengan kriteria yang diberikan oleh peserta wanita harus menghubungi ayah wanita tersebut untuk mendapatkan izin.

“Dalam Islam, tentu saja Anda harus melibatkan ayah secara langsung, sebab ayah adalah pelindung wanita,” ujar salah seorang pendiri acara kencan halal tersebut, Munirah Tunai. “Jadi jika seorang pria ingin menikahi wanita, itu dapat dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari ayah si wanita. Itulah mengapa kami menganjurkan ayah terlibat sejak awal.”

Sekitar 5.700 peserta telah mendaftarkan diri, kebanyakan mereka adalah pekerja profesional berusia 25 hingga 35 tahun yang terlalu sibuk bertemu orang lain dengan car ‘normal’. Tentunya tujuan jangka panjang para peserta adalah pernikahan dan itu adalah syarat utama yang harus disetujui peserta sejak awal.

Sejauh ini Kencan Kilat Halal telah diadakan sebanyak tiga kali, menghasilkan sekitar 20 pasangan yang serius mendiskusikan tentang pernikahan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement