Selasa 23 Feb 2016 17:27 WIB

Ahok, Sex After Lunch, dan Pandangan Soal Prostitusi

Rep: C33/ Red: Ilham
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengungkapkan adanya praktik sex after lunch yang secara literal berarti layanan seksual setelah makan siang. Menurut Ahok, praktik ini adalah jenis prostitusi yang dilakukan di perkantoran.

Basuki atau biasa disapa Ahok mengatakan, sejak mengenyam bangku kuliah sudah mengenal istilah sex after lunch. Menurutnya, dalam praktik prostitusi tersebut dilakukan seusai pelakunya menyelesaikan makan siang. Seusai makan siang, sang pekerja seks komersial (PSK) bertugas memuaskan nafsu lelaki hidung belang.

Ahok juga menyindir praktik prostitusi yang bisa terjadi kepada pekerja yang bertugas di luar kantor. Dengan begitu, ia meyakini tempat lokalisasi tetap merupakan solusi alternatif atas masalah tersebut.

"Dulu zaman saya kuliah sudah terkenal sex after lunch. Terkenal zaman kuliah diulas di majalah. Nah, kamu mau ngomong apa? Kalau kunjungan kerja ke luar negeri enggak bisa kejadian? Jadi, kita enggak usah fokus ke situ. Kita sederhana, saya sudah sampaikan berkali-kali, saya ingin bikin lokalisasi," katanya kepada wartawan di Balai Kota, Selasa (23/2).

Sampai saat ini, memang belum ada satu pun aturan yang memperbolehkan praktik prostitusi sehingga Ahok mengatakan masih bisa menindak pelaku prostitusi. Namun, ia berharap masyarakat tidak membuang tenaga dengan memberi perhatian lebih pada kasus prostitusi. Sebab, ia yakin prostitusi akan terus terjadi sejak zaman nabi.

"Ada pidana, kita bisa lapor polisi. Kalau prostitusi ketangkap, itu pidana. Tapi, kita enggak usah selalu sibuk semua bar dipelototin, semua media dipelototin. Buang energi," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement