Selasa 23 Feb 2016 21:17 WIB

Bosan, Puluhan Eks Gafatar Minta Keluar dari Penampungan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Achmad Syalaby
 Sejumlah anak dari orang tua eks Gafatar membaca buku ditemani petugas di Perpustakaan Dinas Sosial Jabar, Kota Cimahi, Kota Bandung, Rabu (3/2).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Sejumlah anak dari orang tua eks Gafatar membaca buku ditemani petugas di Perpustakaan Dinas Sosial Jabar, Kota Cimahi, Kota Bandung, Rabu (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Puluhan eks Gafatar menempati Youth Center DIY, Mlati pada Selasa (23/2). Rata-rata mereka baru tiba di tempat penampungan tersebut sejak tiga hari lalu. Namun lima di antaranya telah tinggal di sana selama tiga pekan. 

Mereka adalah pasangan suami istri asal Bengkulu bersama tiga anaknya. Antara lain Rida (28 tahun), Ahamad Danur (32), Salwa (7), Suci (4), dan Sulton (1). "Kita sudah hampir sebulan di sini," tutur Rida pada Republika.co.id saat ditemui ketika sedang menidurkan anak bungsunya.

Selama di Youth Center, ia bersama keluarga tidak banyak melakukan aktivitas. Bahkan kelimanya tidak pernah keluar jauh dari wisma yang terletak paling belakang di komplek bangunan milik dinas sosial itu.

Meskipun kebutuhan makanan sudah terjamin, Rida mengaku bosan dengan kegiatan yang hanya itu-itu saja. Sebab selama di Youth Center, ia bersama suami dan ketiga anaknya tidak dapat melakukan aktivitas sosial secara normal.

(Baca: Eks Gafatar Dilarang Keluar dari Youth Center, Ini Alasannya).

Suami Rida, Ahmad Danur (32) membenarkan hal tersebut. Ia justeru merasa diisolasi dengan larangan keluar komplek Youth Center yang selama ini diterapkan petugas setempat. Walaupun alasan utamanya karena keamanan. Padahal, berdasarkan keterangan temannya di penampungan lain, di Jakarta, para eks Gafatar diperbolehkan untuk sesekali berjalan-jalan di luar area penampungan. 

Ahmad mengatakan, kebosanan yang ia dan istri rasakan bukan tanpa sebab. Melainkan karena di Youth Center tidak ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Adapun anggota Tagana dan Kesbangpol, hanya sesekali mengunjungi mereka untuk bercerita dan sharing soal kehidupan di Kalimantan. Selebihnya, tidak ada pendampingan khusus.

Menurut dia, saat ini ia hanya ingin keluar dari Youth Center. Dengan begitu minimal ia bisa melakukan aktivitas baru, seperti berdagang. Begitupun dengan anaknya, yang saat ini seharusnya sekolah di bangku kelas satu SD. "Sebenarnya keinginan kami kan simpel. Hanya ingin keluar. Kalau tidak percaya tinggal buat surat kesepakatan, kan selesai," ungkapnya

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement