REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK ) berencana mendorong penurunan margin bunga bersih (NIM) di kisaran 3-4 persen. Bank Mandiri menilai hal itu bisa dilakukan, tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ia mendukung rencana pemerintah tersebut, karena penurunan NIM juga dapat mendorong suku bunga yang lebih rendah dan setara dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Thailand.
"Ini harus ddidukung, apalagi sebentar lagi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)," kata Budi di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (23/2) sore.
Akan tetapi, menurutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai hal tersebut. Pertama, benchmark harga suku bunga bebas risiko (risk free rate) Indonesia harus disamakan dengan perbankan di negara ASEAN.
"Itu mesti disamakan risk free rate-nya. Kita sekarang masih 7 persen, sementara obligasi negara yang 10 tahun saja 8 persen. Padahal risiko menyimpan uang di bank lebih besar ketimbang di surat utang negara," kata Budi.
Budi mengatakan, risk free rate di negara tetangga jauh lebih rendah. Ia mencontohkan Singapura yang mencapai kisaran nol koma persen, sedangkan Thailand sekitar satu persen. Sehingga, untuk mencapainya, antara perbankan, pemerintah OJK dan BI harus dapat bekerja sama dengan baik.
Setelah risk free rate sama, kata Budi, hal lain yang harus diperhatikan adalah likuiditas yang seimbang. Ia memandang, hal ini dilakukan dengan cara memastikan kondisi permintaan dan penawaran yang sama.
"Bunga itu kan harga uang tergantung supply dan demand. Nah, kami juga harus pastikan bahwa kondisi demand supply dari kelima negara ASEAN mesti sama," ujarnya.
Apabila tidak sama, menurutnya akan lebih volatile perubahan harga uang atau perubahan bunga dari negara yang likuiditasnya rendah."Kalau dua hal itu dijalankan sih harusnya suku bunga bisa," katanya.
Sebelumnya Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, selama ini margin perbankan di Indonesia dinilai terlalu tinggi sehingga kalah bersaing dengan perbankan negara-negara tetangga. OJK ingin, margin perbankan Indonesia paling tidak sama dengan Thailand di kisaran 3-4 persen.
"Ini rumusannya sedang kita susun, pada waktunya sudah kami siapkan. Karena kita juga begini, ada keperluan bahwa perbankan nasional atau ekonomi nasional perlu memiliki daya saing memadai di tingkat ASEAN," katanya.