Rabu 24 Feb 2016 14:14 WIB

895 Orang Korban Bencana Berharap Direlokasi

Rep: Fuji E Permana/ Red: Winda Destiana Putri
bencana alam
Foto: .
bencana alam

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Ratusan korban bencana alam pergerakan tanah di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut menunggu kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut.

Ada sekitar 895 orang yang tinggal di area rawan bencana. Mereka berharap pemerintah segera merelokasi mereka ke tempat yang lebih aman.

Kepala Desa Sindangsari, Agus Susanto mengatakan, pada Jumat (19/2) terjadi bencana pergerakan tanah di Dusun Ciawi dan Lengkong, Desa Sindangsari.

Berdasarkan catatannya, ada 315 orang dari 91 keluarga (KK) yang mengungsi karena peristiwa tersebut. Mereka mengungsi karena rumahnya rusak sehingga berbahaya jika tetap ditinggali. Banyaknya dinding rumah yang retak dan rumah yang bergeser dikhawatirkan akan roboh.

"Berdasarkan laporan sementara dari Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi tanah di lokasi terjadinya bencana tidak layak untuk dihuni," kata Agus kepada Republika, Rabu (24/2).

Ia mengunkapkan, warga yang tinggal di Dusun Ciawi dan Lengkong berharap pemerintah merelokasi mereka ke tempat yang lebih aman.

Menurut Agus, masyarakat sudah siap ikut kebijakan pemerintah yang akan merelokasinya. Jadi, masyarakat menerima untuk direlokasi ke mana saja.

Tapi, dikatakan Agus, meski masalah relokasi diserahkan kepada pemerintah, masyarakat ingin pemerintah melakukan penelitian terlebih dahulu.

Tujuannya untuk mengetahui struktur tanah yang akan dijadikan pemukiman warga. Ia menjelaskan, yang pasti masyarakat ingin tempat relokasi yang lebih aman agar terhindar dari bencana.

Berdasarkan catatan Kepala Desa Sindangsari, di Dusun Ciawi dan Lengkong terdapat empat RW dan sembilan RT. Di sana ada 243 rumah, 282 keluarga dan 895 jiwa.

Akibat bencana pergerakan tanah yang menimpa dua dusun tersebut, sebanyak 127 rumah rusak. Agus menjelaskan, dari 127 rumah yang rusak ada 84 rumah panggung dan 43 rumah permanen yang rusak.

Sementara, jumlah rumah yang berada di lokasi terjadinya pergerakan tanah tapi tidak rusak ada sekitar 116 rumah. Meski rumahnya tidak rusak tapi berada di area rawan bencana. Statusnya pun terancam bencana susulan yang mungkin terjadi.

  

"Jadi masyarakat yang berharap direlokasi adalah yang tinggal di Dusun Ciawi dan Lengkong baik warga yang rumahnya rusak mau pun warga yang rumahnya tidak rusak semuanya berharap direlokasi sebab mereka sama-sama terancam bencana," ujar Agus.

Di tempat terjadinya bencana, menurut Agus ada sebanyak 85 siswa tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Kemudian, ada 37 balita. Rata-rata mata pencaharian warga di Desa Sindangsari sebagai petani, buruh tani dan buruh harian lepas. Menurut Agus, penghasilannya juga tidak tentu.

Setelah terjadinya bencana, sebagian warga tinggal di tempat pengungsian. Jadi banyak warga yang terhambat dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari.

Ketua RW 4 Desa Sindangsari, Pendi menerangkan, banyak rumah yang dindingnya retak dan ada juga yang bergeser.

Meski tidak roboh rumahnya, ia yakin tanah di lokasi terjadinya bencana tidak akan bisa dihuni lagi. Lokasi pemukiman warga berada di antara gunung dan tebing.

Jadi tidak semua rumah warga berada di tanah yang rata. Mereka takut longsoran tanah dari gunung dan takut tanah amblas ke jurang.

"Masyarakat ingin direlokasi sebab kalau di sini rumahnya dibetulkan lagi nanti tiap tahun musim hujan takut ada bencana lagi," kata Pendi.

Selain itu, masyarakat pun akan selalu khawatir jika tetap tinggal di lokasi yang sekarang. Pasti mereka tidak akan tenang karena sewaktu-waktu bisa terjadi bencana kembali.

Bahkan, sebelum terjadinya bencana, masyarakat banyak yang pergi ke kebun dan sawah. Kini, banyak masyarakat yang berhenti bekerja di kebun karena masih takut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement