REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruquthni mengatakan pemeritaan media Australia terkait ISIS melakukan doktrinasi untuk merekrut anggota merupakan sebuah fobia terhadap masjid.
"DMI menjamin tidak ada masjid yang menjadi lokasi propaganda terorisme, penyemaian paham terrisme justru biasanya di lingkungan yang tertutup," ujar dia kepada Republika.co.id, Rabu (24/2).
Dia menilai, terorisme yang ada selama ini bersifat infiltratif. Artinya mereka menyusupi diantara kelompok-kelompok tetapi bukan di masjid. Mereka biasanya melakukan perekrutan di rumah-rumah, kontrakan. "Masjid di Indonesia itu aman, masjid di Indonesia sangat plural dan tidak eksklusif," jelas dia.
Meskipun kelompok terorisme masuk masjid, mereka tidak akan sempat membahas tindakan mereka secara terbuka di masjid. Kelompok ini sifatnya gelap dan menurut dia pemberitaan Australia tidkalah realistis.
Masjid selama ini memiliki penanggung jawab yang lebi dari seorang dan mereka biasanya merupakan penduduk yang tinggal di lingkungan masjid. Pengelola masjid dalam hal ini Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) tidak akan membiarkan ada program dari luar apalagi melakukan doktrin terorisme.
Media Australia, ABC memuat tulisan juru kameranya bernama Micheal Brissenden tentang adanya pengajian diduga ISIS di sebuah masjid di Jakarta Pusat. Pemberitaan itu menyebutkan di masjid bernama As Syuhada tersebut, seorang guru bernama Syamsudin Uba menyampaikan tentang ISIS. "Saat kalian datang disana, anda tidak harus membayar rumah kontrakan, bayar listrik, dan tagihan air,"katanya seperti dilansir dari ABC.