Kamis 25 Feb 2016 04:16 WIB

Laporan: Jilbab Disebut Terorisme Pasif

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Prajurit muslim Amerika Serikat
Foto: www.youtube.com
Prajurit muslim Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bukan rahasia bila pengguna jilbab di beberapa negara dibenci oleh kaum liberal. Mereka dipandang penuh curiga oleh masyarakat sekitarnya. Bahkan kini jilbab yang dikenakan beberapa perempuan Muslim dianggap sebagai bentuk terorisme pasif.

"(Ekstremisme terjadi ketika) meningkatnya jumlah wanita mulai mengenakan jilbab yang merupakan sebuah gejala dari proliferasi Salafi dan katalis Islamisme," kata mantan ekstremis Tawfik Hamid dalam sebuah makalah dilansir the Independent, Rabu (24/2).

Ia melanjutkan, perkembangan miitan Salafisme dan jilbab berkontribusi ke ide terorisme pasif.  Pekan ini, sebuah makalah kebijakan dikeluarkan Air Force Research Laboratory berjudul Melawan Ekstrimisme Bengis: Metode Ilmiah & Strategi. Makalah itu berisi beberapa pemikiran yang aneh tentang radikalisasi.

 Laporan tersebut dikeluarkan oleh Angkatan Udara musim panas lalu setelah Presiden Barack Obama mengumumkan strategi kontra ekstremisme nasional.

Namun pengamat telah menunjukkan, jlbab biasa dipakai oleh jutaan wanita Muslim, mayoritas dari mereka tidak mendukung kelompok-kelompok militan. Di antara yang memakai jilbab adalah Ibtihaj Muhammad dari tim anggar Olimpiade AS dan pemenang hadiah Nobel Perdamaian dan aktivis asal Pakistan Malala Yousafzai.

Muslim di Amerika dan di tempat lain dengan cepat membicarakan laporan tersebut di Twitter dengan menggunakan tagar #PassiveTerrorism.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement