REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bantul KH Kholiq Syifa mengatakan orang yang kurang memahami agama lebih mudah terpengaruh pemahaman radikal.
"Bila hanya mengikuti sedikit pengajian menyebabkan belum banyak literatur tentang keislaman, sehingga gampang terpengaruh (paham radikal)," kata KH Kholiq, di Bantul, Yogyakarta, Kamis (25/2).
Dia menyarankan umat Muslim mengikuti banyak kajian Islam sehingga memiliki banyak perbandingan literatur tentang Islam sehingga memiliki pemahaman Islam yang komprehensif. Kapolres Bantul AKBP Dadiyo mengatakan terus berupaya memberikan penyuluhan tentang antiradikalisasi ke pondok-pondok pesantren dan sekolah-sekolah di Bantul sebagai upaya kalangan muda bisa mewaspadai paham radikal.
"Penyuluhan (antiradikalisasi) ini kami laksanakan secara rutin di ponpes-ponpes dan sekolah-sekolah," kata Dadiyo.
Ia menargetkan memberikan penyuluhan ke dua hingga tiga ponpes atau sekolah di kawasan Bantul per pekan. Pada Rabu (24/2), Polres Bantul memberikan penyuluhan mengenai antiradikalisasi ke dua Ponpes Al-Munawwir Krapyak dan Majelis Dzikir As-Syifa pimpinan KH Kholiq Syifa di Wonokromo, Pleret.
Dalam penyuluhan tersebut, Ketua MUI Bantul KH Kholiq Syifa dan mantan aktivis organisasi terlarang Negara Islam Indonesia (NII) Ken Setiawan menjadi pembicara utama.