REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Pembangunan industri nasional hingga saat ini mencapai kemajuan sangat berarti. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan industri pengolahan non-migas mampu tumbuh dan berkembang di tengah gejolak perekonomian nasional dan global.
''Di tengah situasi perekonomian nasional yang berat sepanjang 2015, pertumbuhan industri pengolahan non-migas mampu mencapai 5,04 persen,''tutur Saleh Husin di Hotel Alila, Solo, Jateng, Rabu (24/2) malam.
Saat membuka Rakor Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri dengan Pemprop, Pemkab/Pemkot Wilayah III (Jawa, Bali, NTT), pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama sebesar 4,79 persen.
Sektor industri pengolahan nonmigas, kata dia, menjadi penyumbang kontribusi terbesar pada struktur perekonomian nasional. Nilai kontribusinya 18,18 persen terhadap ekonomi nasional. Kontribusi ini jauh lebih tinggi, jika dibanding dengan kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 13,5 persen atau sektor perdagangan, hotel dan restoran 16,25 persen.
Dia mengungkapkan salah satu misi pembangunan industri ke depan yakni mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia. Khususnya, keluar Pulau Jawa. Tantangan penyebaran dan pemerataan tersebut, menurutnya, sangat berat karena dari sisi perekonomian secara nasional. Peran Pulau Jawa cenderung meningkat dalam empat tahun terakhir.
Pada 2011, peran Pulau Jawa dalam perekonomian nasional mencapai 57,99 persen meningkat menjadi
58,29 persen pada 2015. Kondisi ini berbeda dengan sektor industri pengolahan non-migas, dimana
secara perlahan mulai menunjukkan pencapaian yang cukup menggembirakan.
''Walaupun kontribusi Pulau Jawa dalam PDB sektor industri pengolahan non-migas masih sangat dominan, namun demikian menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Secara perlahan sektor industri pengolahan nonmigas mulai bergeser ke luar Pulau Jawa, yaitu dari 24,63 persen pada 2008 menjadi 30.75 persen pada 2015,'' ujarnya.