Kamis 25 Feb 2016 14:19 WIB

Rokhmin: Maritim Indonesia Dilalui 60 Persen Perdagangan Dunia

Rep: Damanhuri Zuhri/Agung S/ Red: Agung Sasongko
Pakar Kelautan, Prof.Dr. Rokhmin Dahuri ketika berbicara di Institiute of Strategy and International Studies, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (23/2)
Foto: Istimewa
Pakar Kelautan, Prof.Dr. Rokhmin Dahuri ketika berbicara di Institiute of Strategy and International Studies, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (23/2)

REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR -- Institute of Strategic and International Studies menggelar diskusi terbatas dengan tajuk, Kebijakan Poros Maritim di Bawah Presiden Jokowi, antara Tantangan dan Pencapaian, Rabu (23/2). Hadir dalam diskusi tersebut, Pakar Kelautan yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri MS.i 

Dato Steven Wong, Deputy Director Institute of Strategic and International Studies mengatakan, sebuah kehormatan Prof Rokhmin bersedia berbagi pemikirannya dalam forum ini. "Karena belum tentu sepuluh atau dua puluh tahun lagi, kita semua mempunyai tokoh dengan pengalaman dan pengetahuan sekonprehensif Prof. Rokhmin," kata dia. 

Kepada para tamu undangan, intelektual, perwakilan duta besar, Prof. Dahuri menekankan bahwa, Indonesia adalah negara dengan potensi yang sangat besar di masa depan. Dan peran negara sahabat, terutama negara seperti Malaysia menempati titik penting dalam rencana masa depan Indonesia.

"Karena itu, kita harus berhasil melakukan kerjasama dan membentuk kerjasama strategis di antara negara-negara tetangga," terang Rokhmin Dahuri.

Di kawasan ini, terang Rokhmin Dahuri, Indonesia adalah negara yang dilewati 60 persen lalu lintas perdagangan dunia. Dengan posisi strategis seperti itu, tentu kebijakan Poros Maritim yang dicanangkan Presiden Jokowi menjadi sangat penting. Dan inilah yang ingin digali dalam diskusi intens yang diselenggarakan Institute of Strategy and International Studies.

Institute of Strategy and International Studies merupakan lembaga think tank terhormat di Malaysia. Sebuah lembaga intelektual non-profit yang mensuplai kebijakan-kebijakan dasar yang nantinya akan digunakan oleh pemerintahan Kerajaan Malaysia. 

Berdiri sejak tahun 1983, Institute of Strategy and International Studies telah menjadi sebuah lembaga think tank yang memberikan peran besar di bidang ekonomi, foreign policy and security studies, social policy hingga perkembangan dan inovasi teknologi.

Pada sesi tanya jawab, suasana semakin menghangat karena para perserta ingin menggali informasi mulai dari posisi Indonesia dalam dinamika Laut China Selatan, kebijakan penenggalaman kapal, hingga tentang sengketa wilayah dan mahkamah internasional.

"Indonesia adalah negara yang mengalami kolonialisasi dan penjajahan yang sangat panjang. Dijajah Belanda, Inggris dan Jepang, memberikan kami pelajaran penting tentang hubungan internasional. Kami ingin tumbuh menjadi negara yang menghormati dan dihormati. Kami ingin maju sebagai negara yang menghargai negara tetangganya, karena kami sangat mengetahui betapa beratnya hidup dalam arogansi kekuasaan negara lain," ujar Rokhmin Dahuri.

Karenanya, Indonesia akan bekerjasama dengan baik bersama negara-negara sahabat yang ada. Jika dinamika terjadi, maka harus diatasi, tanpa harus menganggu harmonisasi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement