REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Blok oposisi utama Suriah, Komite Tinggi Perundingan (HNC), menyatakan menerima rencana Amerika Serikat dan Rusia melakukan gencatan senjata sementara selama dua pekan. Hal ini menurut HNC untuk menguji keseriusan komitmen pihak lain terkait rencana AS-Rusia mengakhiri pertempuran di Suriah.
Dilansir Aljazirah, Kamis (25/2), awal pekan ini AS dan Rusia telah menyepakati gencatan senjata antara pemerintah Suriah dan oposisi sebagai upaya memudahkan akses bantuan PBB ke Suriah. Perjanjian menyerukan semua pihak untuk menandatangani kesepakatan maksimal pada tengah hari, Jumat (26/2).
Gencatan senjata rencananya akan mulai diberlakukan pada Sabtu (27/2).
"Komite Tinggi Perundingan percaya gencatan senjata sementara selama dua pekan akan memberikan kesempatan untuk memastikan komitmen kubu lain untuk gencatan senjata," kata oposisi dalam sebuah pernyataan pada Rabu (24/2).
Kremli mengatakan, pernyataan oposisi ini datang setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad meyakinkan Rusia akan kesiapannya menghormati gencatan senjata. Menurut pernyataan Kremlin Presiden Rusia Vladimir Putin dan Assad telah berbicara di telepon mengenai hal ini.
"Secara khusus, (Assad) menegaskan kesiapan pemerintah Suriah untuk memfasilitasi upaya gencatan senjata," ujar pernyataan.
Namun Putin dan Assad menekankan perlunya melanjutkan pertempuran melawan kelompok militan seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Nusra Front dan kelompok militan lain. Putin juga membahas gencatan senjata dengan para pemimpin Iran dan Arab Saudi pada Rabu.
Baca juga: Misi Evakuasi Kecelakaan Pesawat Nepal Dilanjutkan