Kamis 25 Feb 2016 17:03 WIB

Mahasiswa UMS Sosialisasikan Media Pembelajaran Anti-LGBT

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ilham
Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bandung Raya menggelar aksi menolak LGBT di Balai Kota Bandung, Jumat (19/2).
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bandung Raya menggelar aksi menolak LGBT di Balai Kota Bandung, Jumat (19/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) membuat media pembelajaran bagi anak-anak agar terhindar dari sikap lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) sejak dini. Media pembelajaran tersebut dipamerkan di Kampus UM Surabaya, Kamis (25/2).

Media pembelajaran tersebut berupa alat peraga edukasi (APE), yang terdiri atas mainan ataupun alat peraga. APE tersebut dikreasikan para mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) UM Surabaya.

Alat peraga yang dipamerkan, antara lain, boneka tangan berbentuk laki-laki dan perempuan. Ada juga pohon keluarga yang terdapat gambar ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Replika taman bermain yang dilengkapi permainan dan anak-anak di dalamnya. Tak ketinggalan, lukisan bergambar anak laki-laki dan perempuan yang tengah bermain dan lainnya.

Kepala Program Studi PG-PAUD UM Surabaya, Ratno Abidin, menjelaskan, media tersebut dapat digunakan sebagai pembelajaran kepada anak untuk mengenalkan gender sejak dini. Sebab, sejak kecil anak perlu dikonstruksi untuk menjadi heteroseksual. Menurutnya, pembelajaran tentang gender harus sudah diberikan kepada anak sejak usia tiga tahun.

“Anak usia dini belum memahami gender itu apa, media ini mengenalkan tentang gender sehingga bisa mencegah anak berperilaku LGBT di kemudian hari,” kata Ratno kepada wartawan.

Ratno menyatakan, anak yang berperilaku LGBT sudah bisa dideteksi sejak dini. Hal itu terlihat dari kecenderungan memilih teman bermain ataupun memilih mainan, misalnya anak laki-laki yang suka bermain mainan perempuan.

Biasanya, guru di sekolah sudah bisa mendeteksi kecenderungan anak tersebut. Guru akan memberikan perhatian melalui media pembelajaran yang efektif agar anak tidak dikucilkan.      

Ketua panitia acara, Isroun, menyatakan, kreasi alat peraga edukasi tersebut merupakan aplikasi dari tiga mata kuliah yang telah diterima para mahasiswa, yakni seni rupa, kreativitas pembelajaran anak usia dini, dan media pembelajaran.

Menurutnya, kegiatan tersebut menjadi upaya kreatif mahasiswa agar masyarakat berhati-hati dan menjaga anak sejak dini. Orang tua dan guru dinilai berperan penting untuk mengawasi media pembelajaran anak sejak dini.

“Apa yang kami buat ini bertujuan menegaskan pentingnya membuat media pembelajaran yang ramah terhadap anak dan jauh dari konstruksi LGBT,” kata dia.

Nantinya, APE tersebut akan dihibahkan kepada PAUD atau TK di lingkungan Muhammadiyah. Sebelumnya, para mahasiswa PG-PAUD UM Surabaya juga telah mengkreasikan alat peraga untuk menolak kekerasan, yang dihibahkan kepada para korban eks Gafatar. (Baca juga Di Sleman, Seorang Gay Tinggalkan Istri dan Anak).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement