REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Rini Soemarno menegaskan, sebelum akhir tahun ini suku bunga perbankan harus satu (single) digit, dan empat Bank BUMN akan menjadi pionirnya.
"Kita sedang melihat apa namanya area di asean ini sedang kita analisa, yang pasti target kita harus single digit. Jadi sebelum akhir tahun harus single digit," kata Menteri Rini di Kementerian BUMN, Kamis (25/2).
Rini mengatakan, proses untuk mencapai single digit ini memang bertahap. Namun, harus ada dorongan untuk industri perbankan. Ia mengisyaratkan bank BUMN yang akan menjadi pionir penurunan suku bunga bank ke single digit ini.
"Tentunya kita menyadari suatu hal seperti ini harus ada dorongannya harus ada pioneer-nya, harus ada yang di depan, bank BUMN," katanya.
Menurutnya, di era MEA sekarang ini, hal yang krusial bahwa bunga pinjaman Indonesia bisa setara dengan bunga pinjaman di negara ASEAN. Jika tidak, dari pinjaman saja produk kita otomatis itu biayanya sudah lebih tinggi, dan akan memicu penurunan daya saing produk nasional.
Oleh karena itu, kata Rini, pemerintah bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) berkomitmen harus untuk dapat menurunkan bunga secara bertahap.
Menurut Rini, terdapat dua biaya dalam bunga pinjaman, yakni biaya dana (cost of fund) yang diperoleh dari deposito, dan tabungan, serta biaya operasional. "Ini semua harus kita perbaiki terutama efisiensi costnya harus kita turunkan, sehingga semua bisa mencapai target kita suku bunga pinjamannya rendah," katanya.