REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki musim penghujan seperti saat ini, kualitas air tanah muali bercampur dengan lumpur. Tak ayal, kualitas air tanah pun menjadi kurang bagus untuk diterima konsumen.
Hal ini diakui oleh Meyritha Maryanie kepala divisi Corporate Communication dan Social Responsibility PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) bahwa pasokan air baku dari dalam maupun luar Jakarta untuk diolah di instansi pengolahan air terganggu. Umumnya karena kualitas air sungai yang menjadi sumber memburuk akibat sampah dan lumpur.
"Hal itu menyebabkan tingkat kekeruhan yang tinggi hingga mempersulit pengolahan air dan juga mengakibatkan kebutuhan bahan kimia yang lebih banyak," kata dia.
Dijelaskan lebih lanjut oleh dia, dari segi kuantitas juga sama. Air yang melimpah pada saat musim hujan belum bisa dimaksimalkan. Air tidak bisa dialirkan karena keterbatasan daya tampung kanal.
"Dampaknya bisa menyebabkan air meluap dan banjir di beberapa lokasi lintasan air. Untuk menghindari hal tersebut, air terpaksa dibuang ke laut," tambah dia.
Selain itu beberapa tahun terakhir hingga awal tahun 2015 beberapa lokasi kantor dan fasilitas produksi PALYJA juga terendam banjir seperti di IPA Cilandak dan IPA Taman Kota. Akibatnya kedua IPA tersebut tidak dapat berproduksi beberapa waktu.
"Kami berharap semoga tahun ini hal itu tidak lagi terjadi. Kami sendiri sudah menaikkan pompa-pompa menjadi lebih tinggi. Akses ke daerah2 yang tergenang (banjir), akan mengganggu untuk melakukan aktifitas pelayanan ke pelanggan," tambah dia.
Meski curah hujan sedang tinggi dan tingkat kekeruhan air juga ikut berpengaruh, PALYJA tetap selalu berkomitmen mendistribusikan air bersih dan berkualitas kepada masyarakat Jakarta.