REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar, akan melakukan pendataan lahan pertanian di Jabar yang terendam banjir. Pendataan ini dilakukan, untuk mengidentifikasi dan menganalisa kesulitan seperti apa.
"Jadi, kami bisa tahu memberikan bantuannya seperti apa. Ini pasti diantisipasi kan bencana," ujar Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, Kamis (25/2).
Heryawan mengatakan, pihaknya optimistis target produksi tahun ini akan tercapai. Walaupun, sekitar 7 ribu lahan pertanian terendam. Karena, angka tersebut lebih kecil bila dibandingkan angka kekeringan dan puso tahun sebelumnya yang mencapai 43 ribu. "Kan 7 ribu ga seberapa. Kalau surut banjirnya nanti tinggal di tanam kembali," katanya.
Menurut Heryawan, sebenarnya dua tiga tahun lalu sudah ada varietas anti banjir. Jadi, kalau ada sawah yang kerendem ini varietas padi tersebut masih aman. "Bibit anti banjir ini, sudah diterapkan di Pantura dan beberapa daerah," katanya.
Bibit padi anti banjir ini, kata dia, akan distribusikan di daerah rawan banjir. Misalnya, di Indramayu.
Heryawan mengatakan, kalau Waduk Jatigede, sudah selesai seluruhnya dan beroperasi, maka masalah irigasi pengairan itu bisa teratasi. Termasuk, mengatasi banjir di Pantura. "Kan sekarang Jatigede belum digunakan dengan baik. Kalau sudah air bisa ditahan jadi Pantura tak akan banjir," katanya.
Saat ini, kata dia, indeks tanam di kawasan utara sebanyak 1,8 kali pertahun. Sedangkan indeks tanam di selatan sebanyak 2,8. Padahal, luas lahan di selatan lebih sedikit dari utara. Yakni, di selatan luas lahannya 80 persen dan utara 20 persen.
"Kalau waduk Jatigede operasional, maka indeks panen bisa naik 2,5 kali indeksnya bagus," katanya.
Sebelumnya, lebih dari 7.000 hektare area pesawahan di 4 kabupaten di Jawa barat mengalami gagal panen. Karena itu, Pemerintah Provinsi Jabar akan mengajukan permohonan bantuan bibit kepada pemerintah pusat agar petani bisa kembali melakukan penanaman padi.