REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kawasan Konservasi Indonesia berpotensi menjadi mesin ekonomi di masa depan. Asalkan Kementerian LHK mampu mengelola kawasan konservasi ini secara optimal.
Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Bambang Novianto yakin Kementerian LHK mampu mengelola kawasan konservasi Indonesia secara maksimal. Dengan begitu kata dia, dapat meningkatkan perekonomian negara mampu bagi masyarakat sekitar.
Salah satunya dengan memberikan pemanfaatan pada lingkungan seperti objek wisata dan daya tarik wisata alam (ODTWA), air, geothermail, dan karbon.
Bambang mengungkapkan Indonesia memiliki 551 unit kawasan konservasi dengan luas 27,2 juta Ha. Luas kawasan konservasi tersebut memiliki potensi air 6,5 miliar, potensi listrik (geothermail) 5.935 MW dan potensi karbon 392,68 juta ton.
"Salah satu contohnya yang memiliki potensi ekonomi Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur," ujar Bambang.
Pendapat tersebut dibenarkan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo Helmy. Menurut Helmy pengunjung Taman Komodo setiap tahunnya selalu meningkat, hal ini menunjukkan Indonesia memiliki potensi ekonomi yang bagus jika kawasan konservasi dikelola secara maksimal.
"Kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan juga trendnya terus meningkat," ujar Helmy.