REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- China telah menuntut untuk menjadi pengembangan lahan di sepanjang rel kereta api Sino-Thailand. Tuntutan ini dimasukkan dalam klausul negosiasi peningkatan investasi proyek rel kereta sepanjang 845 kilometer antara China dan Thailand.
Namun, seperti dikutip dari www.bangkokpost.com, permintaan ini ditolak oleh Thailand. Usulan ini disampaikan China saat pihak berwenang dari China dan Thailand menggelar pertemuan informal beberapa waktu lalu.
Permintaan hak pengembangan kawasan sepanjang proyek rel kereta api ini menanggapi permintaan Thailand agar China meningkatkan investasinya di proyek rel kereta api.
Padahal, sebelumnya, dalam perjanjian antara dua negara, China hanya ingin berinvestasi pada operasional kereta api sepanjang jalur rel Provinsi Nong Khai ke Bangkok dan Rayong.
"Namun, di perubahan perjanjian untuk penambahan investasi, China ingin memiliki hak dalam pengembangan kawasan di stasiun dan sepanjang rel," kata Menteri Tranportasi Thailand, Arkhom Termpittayapaisith, Kamis (25/2).
Arkhom melanjutkan, pemerintah Thailand menegaskan hak pengembangan kawasan sepanjang rel kereta api tidak akan dimasukkan dalam negosiasi penambahan investasi proyek rel kereta api ini.
Pertemuan dua negara untuk membahas negosiasi proyek akan segera digelar di Beijing. Topik penting dalam negosiasi tersebut adalah soal rasio investasi. Dua pihak belum sepakat soal biaya proyek. Namun, kata Arkhom, pihaknya berharap pembangunan rel kereta api yang bekerjasama dengan China ini dapat dimulai tahun ini.
"Pembangunan rel standar selebar 1,435 meter ini mampu meningkatkan penumpang dan barang serta dapat terhubung langsung ke China selatan melalui Laos," jelasnya.