REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kementerian Kesehatan Jepang menginformasikan kasus pertama virus zika sejak peringatan mengenai penyakit tersebut diumumkan secara global. Virus zika dilaporkan menyerang seorang remaja laki-laki asal Kawasaki, sebuah kota di Prefektur Kanagawa, Jepang.
Remaja tersebut diduga tertular virus zika setelah berlibur selama 12 hari di Brazil. Meski demikian, virus tidak dikhawatirkan menyebar di Jepang karena nyamuk disebut tidak aktif di musim dingin.
Kementerian kesehatan setempat menyebutkan, remaja itu mengalami demam hingga 38 derajat dan ruam kulit pasca mengunjungi Brazil. Dilansir Japantimes, Kamis (25/2), remaja itu sempat dirawat di rumah sakit namun sekarang demamnya mereda dan telah dirawat di rumah.
Beruntung, tak satu pun dari anggota keluarga lain yang melancong bersama remaja lelaki itu menunjukkan gejala zika. Virus zika biasanya menyebabkan gejala ruam kulit dan sakit kepala dan diduga menjadi penyebab kelainan ukuran kepala bayi baru lahir yang disebut mikrosefalia.
Sebelumnya, pada 2013 dan 2014, tiga orang warga Jepang juga didiagnosis terjangkit virus zika. Tiga orang tersebut tertular setelah kembali dari Thailand dan Bora-Bora, sebuah pulau di Polinesia Perancis.
Adanya kasus tersebut mendesak pemerintah Jepang untuk segera bertindak. Sehari setelah menginformasikan kasus Zika pertama di sana, pemerintah menggelontorkan dana hibah darurat sebesar satu juta dolar kepada empat lembaga internasional yang tengah berupaya menanggulangi virus tersebut.
Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida telah mengimbau warganya yang berada di luar negeri untuk meningkatkan kewaspdaan terhadap virus zika. Semua warga Jepang, khususnya yang tinggal atau melancong ke Amerika Tengah dan Selatan, wajib melaporkan adanya kasus potensial.
"Kami juga akan meningkatkan peringatan kepada warga Jepang menjelang Olimpiade Rio da Janeiro pada Agustus mendatang," ujar Fumio.