REPUBLIKA.CO.ID, Berat tarikan busur panah model recurve itu begitu terasa di lengan dan bahu Mohammad Sholehhudin (31 tahun). Lelaki yang belum memiliki pengalaman dalam olahraga panahan itu langsung mencicipi tarikan busur seberat 30 pound yang sejatinya ditujukan untuk pemanah yang sudah cukup mahir.
Untuk kali pertama mencoba panahan, pengalaman itu pun cukup mengejutkan Sholeh. Sejak saat itu, menjadi sulit untuk menghitung anak panah yang sudah ia lesatkan ke sasaran.
Peristiwa itu terjadi pada awal 2015. Ketika itu, Sholeh tertarik untuk merasakan olahraga memanah dengan mengikuti kursus di Indonesia Archery School Program (INASP). Anjuran Nabi Muhammad SAW untuk memanah menjadi motivasi utamanya.
Dari pelatihan tersebut, Sholeh lantas menyebarkan "virus" panahan ke rekan-rekan kerjanya di Telkomsel. Dalam wadah Klub Panahan Majelis Taklim Telkomsel (MTT), Sholeh dan kawan-kawan larut dalam keasyikan olahraga tersebut.
Sholeh mengaku sengaja membentuk klub sendiri karena ingin mengajak sekaligus memfasilitasi minat panahan sesama karyawan perusahaan. Menurut Sholeh, panahan memiliki dampak positif utamanya dalam dunia kerja. "Dengan panahan bisa melatih emosi, fokus, ketenangan, dan keberanian untuk mengambil keputusan," kata Sholeh.
Setelah berkecimpung dalam panahan, Sholeh merasa olahraga itu tak hanya soal kekuatan otot tapi juga harus memperhatikan ketenangan dan kelembutan raga. Ia mengaku, orang yang ototnya besar belum tentu mampu menarik beban tarikan busur jika tidak mengetahui tekniknya.
Meski mengandalkan sejumlah teknik, ia menilai panahan bisa dipelajari oleh banyak orang. Ia mengatakan, seorang pemula biasa mencoba memanah dari jarak tiga hingga lima meter.
Ia mengaku, banyak orang yang bisa melalui tahapan tersebut dan sukses menancapkan anak panah ke sasaran. Panahan menjadi semakin menantang dalam jarak 18 meter dari sasaran atau lebih. "Nah, dari situ jadi penasaran terus. Karena asyik, waktu jadi nggak terasa lagi," ujarnya.
Kepala Divisi Pembinaan dan Pelatihan Indonesia Archery School Program (INASP) Tofik Pram mengatakan, panahan bisa melatih otot bahu belakang. Dengan membangun otot tersebut, tubuh akan terlihat lebih tegak dan gagah. Selain itu, dengan melakukan full draw atau tarikan penuh, dada seseorang akan terbuka selebar-lebarnya. Hal itu, kata Tofik, bermanfaat untuk memperlancar fungsi pernapasan.
Manfaat secara fisik dan psikis dari panahan, kata Tofik, terbukti membuat anak-anak berkebutuhan khusus akibat down syndorme atau autisme bisa lebih fokus.