REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Proyek pembangunan moda transportasi massal aeromovel di Kota Bekasi masih menghadapi kendala. Transportasi aeromovel yang digagas sejak 2014 silam ini terganjal pada masalah pendanaan.
"Masalahnya, pendanaan untuk aeromovel ini cukup besar," kata Wakil Wali kota Bekasi, Ahmad Syaikhu, kepada Republika, Jumat (26/2). Menurut Syaikhu, proyek aeromovel diperkirakan membutuhkan dana 2 triliun rupiah. Pendanaan tidak menggunakan dana APBD, melainkan kerjasama pemerintah-swasta (non APBD).
Konsorsium ini dikerjakan oleh perusahaan dalam negeri berkolaborasi dengan pihak asing. Sejumlah perusahaan konsorsium yang terlibat antara lain PT CBI, PT Public Privat Partnertship Indonesia, dan PT GCI. Hingga kini, Syaikhu mengatakan pihaknya belum mendapat gambaran akhir dari konsorsium.
Dari sisi kesiapan, Syaikhu mengatakan, Pemkot sudah melakukan studi visibilitas terkait titik-titik mana yang memungkinkan untuk dilakukan pembangunan aeromovel. Uji visibilitas sudah dipandang rampung tanpa masalah oleh konsultan. Pihaknya tinggal berkoordinasi lagi dengan pemilik tanah karena ada sebagian tanah yang status kepemilikannya berada pada PT Jasa Tirta II dan Kementerian PU.
Wakil Wali kota Bekasi menargetkan, proyek areomovel ini dapat dimulai pada tahun 2016 dan mulai beroperasi pada 2018. Proyek ini akan disupervisi langsung oleh Dinas Perhubungan. Sesuai rencana yang disampaikan konsorsium, proyek awal fisik Aeromovel sudah berjalan pada 2016.
Pengerjaan terhambat lantaran pendanaan dari pihak konsorsium belum selesai. Dikatakan, konsorsium tengah mengusahakan dana pinjaman internasional. "Tinggal nanti mudah-mudahan dalam waktu dekat ada pendanaan yang jelas," kata Syaikhu berharap.
Menurut dia, aeromovel dirancang sebagai moda transportasi massal yang menghubungkan antara perumahan dengan pusat-pusat perkotaan. Dengan sarana ini, masyarakat akan lebih mudah mudah mengakses pusat perbelanjaan atau pusat moda transportasi massal lain. Aeromovel juga dipandang perlu untuk mengurai kemacetan dan menambah kenyamanan pengguna jalan.
Di Indonesia, moda transportasi bertenaga angin ini dapat ditemukan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Model aeromovel sama persis dengan monorel, hanya saja tanpa mesin dan menggunakan tenaga angin. Karena tidak ada mesin, konstruksinya lebih ringan dibanding monorel. Biaya konstruksi aeromovel juga lebih murah. Transportasi mirip monorel dan Mass Rapit Transit (MRT) ini dinilai lebih murah dan efisien.
Rencananya, kereta ini akan melintas di Jalan Ahmad Yani dari Perumahan Kemang Pratama menuju Summarecon dan Perumahan Harapan Indah dengan lintasan sejauh 12 km. Syaikhu mengakui, sejauh ini Pemkot belum menyosialisasikan langsung mengenai proyek aeromovel ini kepada masyarakat. Setelah semua masalah rampung ini, kata Syaikhu, barulah sosialisasi akan dilakukan oleh Pemkot.