REPUBLIKA.CO.ID, BATU – Di tengah perubahan zaman yang kian modern, perempuan dituntut untuk mampu beradaptasi menghadapi tantangan. Predikat kaum perempuan di perdesaan sebagai “konco wingking” alias hanya bertugas mengurusi kegiatan rumah tangga saja seharusnya sudah sejak jauh hari ditanggalkan.
Perempuan perdesaan sudah sepantasnya ambil bagian yang lebih besar dalam lingkup yang lebih luas seperti ekonomi dan politik. Pesan inilah yang ingin disampaikan Sekolah Perempuan Desa (SPD).
SPD merupakan lembaga pendidikan informal yang digagas aktivis perempuan dan anak, Salma Safitri, di berbagai perdesaan di Kota Batu. Fifi, sapaan akrab Salma, bersama rekan-rekannya dari Suara Perempuan Desa dan Karya Bunda Community sejak Agustus 2013 membuka sekolah informal khusus perempuan di Kota Batu.
Ide SPD berangkat dari observasi Fifi sepanjang 2009-2012 di Kota Batu. Dalam penelitian tersebut ia menemukan fakta bahwa 76 persen masyarakat Kota Batu hanya mengenyam pendidikan setara SMP.
“Kemajuan seperti apa yang bisa kita harapkan jika sumber daya penduduknya didominasi masyarakat yang masih berpendidikan rendah?” ungkapnya kepada Republika, Jumat (26/1).
Dengan latar belakang pendidikan yang rendah, pernikahan dini menjadi hal yang biasa di kota berhawa dingin ini. Akibatnya anak-anak gadis berusia 16-18 tahun sudah harus berperan sebagai istri sekaligus ibu.
Melalui SPD, Fifi ingin memberikan ruang pendidikan bagi kaum perempuan. Awalnya SPD masuk ke desa-desa melalui program PKK. Gayung bersambut, ternyata animo kaum ibu untuk belajar di SPD sangat tinggi. “Ibu-ibu merasa senang bisa berkumpul dan sharing informasi di forum ini,” jelas alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini.
SPD tak hanya sekadar arisan atau mengajarkan ketrampilan keputrian seperti perkumpulan ibu-ibu pada umumnya. Namun, SPD juga memperkaya wawasan kaum ibu lewat pengetahuan strategis dan pengetahuan praktis.
Pengetahuan strategis bertujuan mengajak perempuan perdesaan berfikir lebih kritis, misalnya pendidikan mengenai UU KDRT atau hak-hak perempuan dalam berpolitik. Sedangkan pengetahuan praktis mengajak para peserta mengenal tips-tips seputar kehidupan sehari-hari seperti kandungan gizi makanan atau sanitasi.
Hingga saat ini, sekolah yang digelar sekali dalam sepekan ini diikuti oleh lebih dari 170 ibu-ibu di empat desa. Empat desa yang menjadi lokasi SPD meliputi Desa Gunungsari, Giripurno, Bulukerto, dan Sidomulyo.