REPUBLIKA.CO.ID, LINGGANG MELAPEH -- Bubur Jagaq dan Nasi Tisit merupakan santapan sambutan khas suku Dayak. Ternyata, ada kerukunan umat beragama terkandung dari jamuan tersebut.
Masyarakat Suku Dayak di Linggang Melapeh, Kutai Barat, Kalimantan Timur memiliki tradisi memberikan sejumlah penyambutan kepada para tamu yang datang. Selain tarian, Suku Dayak di Linggang Melapeh memiliki tradisi menyajikan hidangan-hidangan khas, di antaranya Bubur Jagaq dan Nasi Tisit.
Bubur Jagaq berbahan dasar biji-biji jagaq yang mirip seperti gandum, lalu dijemur untuk selanjutnya ditumbuk sampai menjadi biji-biji kecil seukuran beras. Untuk menghidangkan Bubur Jagaq, cukup dimasak layaknya merebus kacang hijau dengan tambahan gula merah, santan dan sedikit garam.
Nasi Tisit merupakan nasi yang dibungkus dengan kulit daun tisit berbentuk lonjong. Di dalam nasi ditambahkan singkong untuk ikut dimasak. Nasi Tisit biasanya dihidangkan dengan sejumlah lauk dan sayur, seperti ikan yang ditangkap warga dan sayur yang dicari di hutan.
Petinggi Kampung Linggang Melapeh, Musiman mengatakan berbagai sajian itu biasanya dimasak menggunakan minyak babi yang tentu dilarang digunakan umat Muslim. Namun, kondisi itu dapat diterima dengan baik oleh warga Suku Dayak Linggang Melapeh, yang banyak menganut agama Katolik.
Untuk itu, lanjut Musiman, penggunaan minyak babi tidak pernah dilakukan warga untuk menghidangkan masakan kepada para tamu yang datang. Menurut Musiman, langkah itu dilakukan demi menghormati para tamu Muslim yang memang banyak berdatangan agar bisa memakan hidangan yang disajikan tanpa khawatir.
"Memang kita tidak pernah pakai agar tamu yang beragama lain bisa nyaman untuk makan," kata Musiman kepada Republika.co.id, Kamis (25/2).