REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suasana lorong-lorong di kawasan Kalijodo, Jalan Kepanduan II, Kel Pejagalan, Kec Penjaringan, Jakarta Utara semakin dipenuhi oleh Pengumpul barang bekas. Salah satunya adalah Rudi (30 tahun) yang telah mengumulkan barang bekas sejak Ahad (21/2) lalu.
"Semua barang laku kalau dijual," kata Rudi sambil menenteng karung putih untuk mengangkut barang bekas, Sabtu (27/2).
Rudi mengatakan dirinya datang ke Kalijodo bersama seorang teman. Dia datang dari Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara sejak pukul 08.00 Wib - 16.00 Wib. "Keuntungan perhari antara Rp 50 ribu - Rp 60 ribu, namun tidak secapek biasanya," katanya.
Biasanya Rudi selalu berjalan di sekitar kawasan Pluit untuk meraih rezeki. Dalam kesehariannya dia memutari wilayah tersebut untuk mengumpulkan barang bekas. Lebih lelah, namun penghasilan jauh lebih sedikit, yakni Rp 30 ribu.
Dia mengatakan harga kabel Rp 45 ribu perkilogramnya (nilet atau tembaga), besi perkilogramnya Rp 1.500, kuningan Rp 45 ribu sekarang menjadi Rp 25 ribu. Penurunan harga telah terjadi sejak tiga bulan lalu.
Untuk barang-barang yang dibawanya antara lain, paralon,ember, karpet, kardus. "Apapun yang laku, dibawa saja," kata dia. "Malahan kalau beruntung ada yang mendapatkan cincin atau kalung emas lima gram atau uang Rp 100 ribu seperti teman saya kemarin."
Rudi dan beberapa kelompok pemulungnya telah mengais rezeki di sebuah cafe beer bernama Mei Best Clup. Sebuah bangunan berlantai tiga lantai dengan puluhan kamar siap melakukan esek-esek.
Bau menyengat memang terasa sekali menusuk hidung, ditambah dengan sampah yang berserakan di mana-mana. Di lantai satu lobi terlihat sampah berserakan, layaknya tong sampah besar. Kemudian di tengah aula yang dipenuhi sampah tersebut ada tulisan "beer naik jadi Rp 60 ribu hari ini".
Setelah lantai lobi, sebuah tangga mengarah ke lantai dua. Di sana terdapat tempat kosong, namun di sisinya terlihat kamar seluas 3x2 meter berjumlah puluhan. Kamar-kamar tersebut adalah tempat di mana para Pekerja Sex Komersial (PSK) menjual harga dirinya dengan laki-laki hidung belang.
Kamar tersebut jumlahnya sekitar dua puluhan dengan berbagai macam barang-barang bekas, seperti kondom, tisu, pewangi, obat-obatan (pil KB) dan lain-lain.
Ruangan selebar 3x2 meter dilengkapi sower dan sebuah tempat tidur satu (selebar 1x2 meter), sementara shower disediakan selebar 1x1 meter. Ruangan esek-esek cukup mewah di kelasnya, karena puluhan ruangan terbuat dengan kramik berwarna biru.
Namun sekarang tak tersisa apapun di dalamnya, kecuali hanya tempat tidur tak bebusa dengan shower tak berkeran. Sedangkan rak-rak kecil di tembok pun tak ada apa-apa lagi, karena perlatan kosmetik telah hancur luluh lantah hancur.