REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor menargetkan sekitar 95 ribu balita harus melakukan imunisasi vaksin polio pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) 2016 yang digelar 8 hingga 15 Maret nanti.
Seksi Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M) Dinkes Kota Bogor Siti Robiah mengungkapkan target sasaran tersebut menjadi acuan. “Kita menargetkan paling tidak 90 persen anak-anak dari populasi di setiap daerah bisa divaksin polio,” kata Siti, Sabtu (27/2).
Meski Indonesia, termasuk Bogor sudah bebas polio, namun bukan berarti tidak mungkin penyakit tersebut tidak kembali menjangkit anak-anak. Menurut Siti, ada beberapa negara yang masih bisa menularkan penyakit polio.
“Di Timur Tengah seperti Afghanistan itu juga masih ada yang terjangkit polio apa lagi daerahnya rawan konflik,” tutur siti. Keadaan tersebut yang membuat pelayanan kesehatan susah menjangkau masyarakat di negara itu.
Mungkin negara itu memang jauh dari Indonesia, tapi kata dia, importasi atau imigrasi juga bisa mempengaruhi penularan penyakit polio. Siti menjelaskan, penularan polio melalui tinja lalu jika ada masyarakat dari negara yang masih rawan polio masuk ke Indonesia dan kemungkinan menderita polio maka bisa menular.
“Di dalam tinjanya ada virusnya. Ketika buang air besar mengandung virus. Apa lagi penyakit polio juga tidak ada gejala sebelumnya. Bisa saja kan, di Indonesia banyak TKI belum lagi jamaah haji juga,” ungkap Siti.
Melihat kasus sebelumnya, Siti menjelaskan pada 2005 terjadi wabah polio di Kecamatan Cidahu, Sukabumi. Hal tersebut kemungkinan anak-anak di wilayah tersebut tidak mempunyai kekebalan imun polio sehingga bisa terjangkit.
Untuk itu, lanjut dia, Indonesia masih mempunyai waktu empat tahun lagi untuk mencapai eradiksi polio dunia pada akhir 2020. Dikhawatirkan, sisa empat tahun tersebut bisa rusak karena masih ada imigrasi di Indonesia sehingga harus memanfaatkan PIN 2016 menjadi momentum bagi anak-anak untuk mendapatkan kekebalan imun polio.
“Misal di daerah Tanah Sereal ada 100 anak lalu di situ yang divaksin 80 saja maka 20 yang lainnya bisa terlindungi,” tutur Siti. Ia menegaskan, virus tidak bisa hidup di wilayah yang mempunyai kekebalan sehingga dibutugkan paling tidak cakupan 90 persen anak yang harus melakukan imunisasi.