Ahad 28 Feb 2016 12:41 WIB
Pelarangan Festival Belok Kiri di Taman Ismail Marzuki

Pengulangan Sejarah, Perseteruan HMI dan GPII Melawan Kelompok Kiri

Sukarno dan DN Aidit di acara peringatan ulang tahun PKI ke-45 di Istora Senayan tahun 1964.
Foto: foto : Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka.
Sukarno dan DN Aidit di acara peringatan ulang tahun PKI ke-45 di Istora Senayan tahun 1964.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejarawan Prof DR Anhar Gonggong mengatakan bila sekarang kembali muncul perseteruan antara aktivis mahasiswa Islam seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Gerakan Pemuda Islam Idonesia (GPII) melawan kelompok aktivis 'gerakan kiri' terkait pelarangan acara ‘Festival Belok Kiri’ di Taman Ismail Marzuki (TIM), maka itu tidak mengherankan. Bahkan ini hanya mengulang sejarah saja.

‘’Perseteruan antara organisasi mahasiswa Islam seperti HMI dan GPII melawan kelompok aktivis kiri itu sudah berlangsung dari dulu. Bahkan pada tahun 1960-an mencapai puncaknya. Pada masa itu, ketika gerakan komunis atau kiri mendapat angin oleh Presiden Sukarno mereka juga membenci organisasi mahasiswa Islam. Mereka di mana-mana malah menyatakan agar HMI dibubarkan saja,’’ kata Anhar Gonggong, Ahad (28).

Tak cukup dengan berkata sembunyi-sembunyi, pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit, pada tahun 1964 berani secara terbuka di depan ribuan massa dan di depan Presiden Sukarno menyerukan agar HMI dibubarkan. Bahkan, kalau tidak berhasil dibubarkan, maka kepada kader sayap organisasi mahasiswa komunisnya itu Aidit meminta agar segera saja memakai sarung.

‘’Aidit berpidato lantang menyerukan pembubaran HMI di acara Hari UlangTahun PKI yang ke-45. Ini diucapkannya langsung di atas podium dan di depan Presiden Sukarno, yakni di Stadion Istora (sekarang Gelora Bung Karno) di Senayan. Saat itu kekuatan massa komunis merasa 'di atas angin' sehingga dia berani bersikap seperti itu,’’ katanya.

Bagi HMI dan GPII perseteruan dengan ‘kelompok kiri’ sudah berlangsung nyata. Bahkan pada awal awal tahun 1965 acara pelatihan kader GPII di Kanigoro (Tragedi Penyerbuan Pesantren Kanigoro) diserbu oleh anggota PKI. Tak cukup membubarkan acara, banyak diantaranya peserta pelatihan diseret paksa. Selain itu para penyerbu kemudian memasukan Alquran ke dalam karung dan kemudian melemparkannya ke pelataran masjid.

Sebagian massa PKI masuk masjid, mengambil Al-Quran dan memasukkannya ke karung. “ - See more at: http://www.arrahmah.com/read/2012/10/02/23635-tragedi-kanigoro-ketika-pesantren-diserang-dan-al-quran-diinjak-injak-oleh-pki.html#sthash.RqHty0Gd.dpuf
Sebagian massa PKI masuk masjid, mengambil Al-Quran dan memasukkannya ke karung. “ - See more at: http://www.arrahmah.com/read/2012/10/02/23635-tragedi-kanigoro-ketika-pesantren-diserang-dan-al-quran-diinjak-injak-oleh-pki.html#sthash.RqHty0Gd.dpufmereka melemparkan dan menginjak-injak Alquran.

‘’Sekarang semuanya berpulang kepada pemerintah Jokowi. Mereka akan bertindak seperti apa setelah pertentangan idiologis kembali terjadi. Bila sekarang mahasiswa kelompok kiri berani, maka itu tandanya kekuatan kiri kini mulai merasa di atas angin. Apakah ini akan dibiarkan..?’’ ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement