Ahad 28 Feb 2016 16:21 WIB

Ekonom: Pertemuan G20 Sarana Promosi Menarik Investor

Rep: c37/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (Ilustrasi))
Investasi (Ilustrasi))

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom BCA David Sumual memandang positif pertemuan G20 di Shanghai, Cina, pada 26-27 Februari lalu. Menurutnya, pertemuan tersebut bisa dimanfaatkan oleh Menteri Keuangan untuk promosi investasi di Indonesia.

"Kan kita baru mengeluarkan banyak paket ekonomi, kemarin baru mengeluarkan daftar negatif investasi yang cukup bagus. Bukan hanya G20, tapi forum-forum internasional lainnya yang kita jadi anggota dan tuan rumah, bisa kita manfaatkan juga untuk pertemuan bilateral untuk bicara investasi di indonesia, seperti investasi di proyek infrastruktur," ujar David pada Republika, Ahad (28/2).

Tentunya pemerintah, kata David, menginginkan adanya capital inflow (aliran dana masuk) yang masuk ke Indonesia. Karena dana yang masuk itu dibutuhkan untuk membiayai defisit transaksi berjalan (current account deficit). 

"Dananya harapannya dari investasi langsung. Tapi selama investasi langsung belum terlalu deras, memang kita masih butuh portfolio, kedua-duanya dibutuhkan, tapi ke depan kita berharap lebih banyak masuk dari investasi asing," jelasnya.

Menurutnya diperlukan kebijakan kurs yang bisa mendorong ekspor, jadi bukan semata-mata impor saja. Seperti selama ini, pengusaha Indonesia lebih suka menjadi importir dibandingkan jadi produsen. Hal inilah yang menurutnya harus diubah ke depannya. 

"Itu juga terkait dengan kebijakan kursnya yang lebih mendukung untuk eksportir juga. Dan ekspornya itu yang kita harapkan investasi masuk, bukan hanya ke komoditas, tapi sektor-sektor lain juga, termasuk sektor jasa seperti pariwisata. Itu juga menghasilkan devisa," tuturnya. 

Selain itu, pemerintah juga harus lebih mendorong adanya investasi di bidang jasa. Selama ini kan masyarakat kita selalu menghabiskan uang ratusan dolar untuk berobat di negara lain, itu juga bagaimana investasi masuk ke sektor-sektor yang selama ini jadi substitusi impor. Substitusi impor bukan hanya barang bisa juga jasa, seperti jasa kesehatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement