REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI BARAT -- Kalimantan dinilai harus mendapat perhatian khusus karena menjadi paru-paru dunia. Terlebih, ancaman kerusakan alam terus datang dari perusahaan-perusahaan sawit.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Kutai Barat, Kalimantan Timur, Rusdianto mengaku khawatir dengan tawaran yang datang dari perusahaan perkebunan sawit. Selain akan merusak lingkungan, ia menilai kehadiran perusahaan sawit akan mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
Terlebih, lanjut Rusdianto, tawaran perusahaan sawit seakan tidak berhenti datang, dengan sejuta janji manis akan kemakmuran bagi masyarakat. Akibatnya, salah satu kerugian yang selalu dirasakan masyarakat adalah tercemarnya air tanah yang menjadi sumber kehidupan masyarakat.
"Salah satu yang pasti air akan keruh dan tidak bisa jernih lagi, kita tidak mau ada perkebunan sawit," kata Rusdianto kepada Republika.co.id, Kamis (25/2).
Senada, Humas World Wide Fund for nature (WWF) Indonesia di Kalimantan Timur, Sri Jimmy Kustini mengungkapkan, kondisi itu telah lama dialami warga Kalimantan Timur. Menurut Jimmy, krisis air bersih terus dialami warga di seluruh rumah, yang perkampungannya berada di sekitar perkebunan-perkebunan sawit.
Selain merusak alam, ia menegaskan kehadiran perusahaan-perusahaan yang membuka perkebunan sawit, tidak lain hanya membawa kerugian bagi masyarakat. Maka itu, Jimmy berharap semua pihak mau bekerja keras mempertahankan alam agar menjamin keberlangsungan hidup.
"Kita harap semua pihak kerja sama pertahankan alam Indonesia," kata Jimmy.