REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan terjadi pada Januari dan Februari 2016.
Namun, musim hujan masih berlanjut karenanya masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Terutama waspada terhadap bencana longsor dan pergerakan tanah yang kerap terjadi di musim hujan.
Kasi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis, Cece Manohara mengatakan, di wilayah utara Ciamis tepatnya di Dusun Cileueur, Desa Tanjungsukur, Kecamatan Rajadesa terjadi pergerakan tanah pada Ahad (28/2) sekitar pukul 14.00 WIB.
Meski tidak ada bangunan rumah yang rusak parah, tapi ada 14 rumah warga yang terancam. "Masyarakat yang tinggal di sana diimbau tetap waspada karena retakan tersebut cenderung diperkirakan akan meluas," kata Cece kepada Republika, Senin (29/2).
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ciamis, Diki Erwin Juliyadi menjelaskan, pihaknya akan mengirim surat kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk meneliti daerah rawan bencana di Ciamis.
Nanti, setelah dilakukan penelitian oleh PVMBG akan diketahui apakah Desa Tanjungsukur, Kecamatan Rajadesa masih layak huni atau tidak. "Di daerah utara Ciamis memang rawan seperti di Kecamatan Tambaksari dan Rajadesa," jelas Diki.
Sementara, warga yang tinggal di Dusun Cileueur jika sedang ada hujan besar, mereka mengungsi ke rumah tetangga dan saudaranya yang rumahnya dinilai lebih aman. Sampai saat ini beberapa rumah yang terancam masih ditempati penghuninya, tapi kalau malam penghuninya mengungsi karena khawatir.
Anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Desa Tanjungsukur, Jaja Zaenudin menerangkan, berdasarkan hasil penelitian beberapa tahun lalu Desa Tanjungsukur dinyatakan rawan pergerakan tanah. Namun, warga tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya. Tapi, menurutnya, untuk tahun ini belum dilakukan survei lagi.
Apakah warga masih ingin tetap tinggal di sana atau ingin direlokasi. "Setiap tahun rutin terjadi pergerakan tanah memang belum ada rumah yang rusak tapi ada yang terancam dan tanah di halaman rumah warga mulai retak-retak," kata Jaja.